DETERMINAN
DAN MOTIVASI PERJALANAN WISATA
A. PENDAHULUAN
Berbagai faktor dapat mempengaruhi
seseorang untuk mengadakan perjalanan. Kebanyakan orang bepergian atau
berwisata dengan tujuan untuk bersenang – seanang seperti tujuan wisatawan pada
umumnya. Tetapi tidak jarang orang memanfaatkan waktunya untuk bersenang –
seanang sekaligus menambag wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan tentang
sesuatu hal. Dengan kata lain mereka datang ke suatu tempat tidak saja hanya
untuk melihat – lihat tetapi memiliki tujuan yang lebih dari itu, yaitu sesuatu
yang berharga yang tidak mungkin didapatinya di tempat asalnya. Jadi Perjalanan
yang dilakukan oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dalam (diri sendiri)
seperti kesehatan pendidikan, keuangan, dan faktor dari luar (apa yang ada di
derah tujuan) seperti iklim, letak geografis, special event, dan lain
sebagainya.
B. PENGERTIAN DETERMINAN DAN MOTIVASI.
Yang dimaksud dengan determinasi
dalam perjalanan wisata adalah faktor yang memungkinkan seseorang melakukan perjalanan
wisata ke suatu tempat atau daerah di luar tempat tinggalnya. Faktor adanya
cukup biaya, adanya waktu yang tersedia, dan faktor lainnya adalah merupakan
determinan yang kuat untuk bisa melakukan perjalanan wisata. Perjalanan wisata
ini harus pula didorong oleh adanya motivasi yaitu mengapa seseorang berwisata.
Dengan kat lain motivasi adalah sebab mengapa ingin mengunjungi tempat lain
untuk tujuan tertentu antara lain untuk berlibur, berobat, dan lain – lain.
C. JENIS – JENIS DETERMINAN
A. Pengaruh faktor sosila ekonomi.
Di negara – negara maju seperti
Amerika Utara, eropa Barat, Jepang, dan Australia keinginan penduduk untuk
berwisata sangat besar. Negara – negara inilah yang merupakan pusat asal para
wisatawan yang terbanyak di dunia (main generating countries).
Ciri - ciri negara maju antara lain
:
1. Jumlah simpanan yang besar dari
penduduknya.
2. Berkurangnya jam kerja dan hak
cuti yang dibayar makin panjang.
Jam kerja di negara – negara yang
sudah maju adalah berkisar 40 jam seminggu. Malahan ada 35 jam dan hal ini
memberi kesempatan untuk berwisata. Demikian pula cuti bagi mereka yang bekerja
di sektor swasta tetap dibayar.
3. Prosentase pemilihan kendaraan bermotor makin besar.
3. Prosentase pemilihan kendaraan bermotor makin besar.
Pemilihan kendaraan bermotor bagi
keluarga dapat mencerminkan standar hidup penduduk yang lebih tinggi. Dengan
kendaran bermotor sendiri maka kemudian lebih terjamin untuk melakukan
perjalanan wisata dengan keluarga.
B. Pengaruh Fakktor Demografi.
Yang dimaksud dengan demografi
adalah hal – hal yang berhubungan dengan kependudukan seperti : umur, keluarga,
pendidikan, pekerjaan, dan konsentrasi penduduk di suatu daerah. Semua faktor
ini dapat mempengaruhi pengambilan keputusan perjalanan wisata, contoh :
1. Umur.
Yang dimaksud dengan determinasi
dalam perjalanan wisata adalah faktor yang memungkinkan seseorang melakukan
perjalanan wisata ke suatu tempat atau daerah di luar tempat tinggalnya. Faktor
adanya cukup biaya, adanya waktu yang tersedia, dan faktor lainnya adalah
merupakan determinan yang kuat untuk bisa melakukan perjalanan wisata.
Perjalanan wisata ini harus pula didorong oleh adanya motivasi yaitu mengapa
seseorang berwisata. Dengan kat lain motivasi adalah sebab mengapa ingin
mengunjungi tempat lain untuk tujuan tertentu antara lain untuk berlibur,
berobat, dan lain – lain. JENIS – JENIS DETERMINAN Pengaruh faktor sosila
ekonomi. Di negara – negara maju seperti Amerika Utara, eropa Barat, Jepang,
dan Australia keinginan penduduk untuk berwisata sangat besar. Negara – negara
inilah yang merupakan pusat asal para wisatawan yang terbanyak di dunia (main
generating countries). Ciri - ciri negara maju antara lain : Juyebabkan
pariwisata makin maju. Dengan menggunakan angkutan bermotor dan khusunya
setelah perang dunia II banyak dipergunakan angkutan udara, maka perjalanan
wisata lebih cepat, nyaman, dan relatiif murah, yang diatur secara reguler.
Pada tahun 1963 mulailah diperkenalkan angkutan udara dengan sistem carter yang
dihubungkan dengan paket wisata.
2. Agen Perjalanan dan Biro
Perjalanan umum
Agen Perjalanan berfungsi menjual
jasa perusahaan penyedia jasa utama seperti ; usaha penerbangan, perhotelan,
restoran, dan usaha jasa lainnya.
Sedangkan biro Perjalanan umum
berfungsi menyiapkan paket wisata yang terdiri dari komponen – komponen jasa
dalam satu kesatuan seperti jasa angkutan, akomodasi, makanan, perjalanan
wisata, dan lain – lain dengan satu kesatuan harga turut pula membantu
kelancaran orang yang ingin berwisata.
3. Promosi Pariwisata
Promosi pariwisata dilakukan seiring
dengan perkembangan media komunikasi yang ada yang sudah semakin modern seperti
TV, satelit, dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan penjual jasa seperti
Agen Perjalanan, Usaha Akomodasi, Restoran, dan lin – lain turut membantu dalam
perkembangan perjalanan wisata ke suatu tempat atau daerah lain.
4. Motivasi wisatawan
Motivasi menyebabkan seseorang
menyusun suatu tujuan atau mencapai gerak yang yang dapat memuaskan
kebutuhannya. Dalam hal ini, kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman dapat
memotivasi seseorang untuk melakukan kegiatan perjalanan wisata ke tempat atau
daerah lain.
D. JENIS – JENIS MOTIVASI WISATAWAN
Untuk mengadakan klasifikasi motif
wisata harus diketahui semua jenis motif wisata. Akan tetapi tidak ada
kepastian apakah semua jenis motif wisata telah atau dapat diketahui. Tidak ada
kepastian bahwa apa yang dapat diduga dapat menjadi motif wisata atau terungkap
dalam penelitian – penelitian motivasi wisata (motivation motive). Pada
hakekatnya motif orang untuk mengadakan perjalanan wisata tidak terbatas dan
tidak dapat dibatasi. Mc. Intosh mengklasifikasikan motif – motif wisata dapat
dibagai menjadi empat kelompok, yaitu :
1. Motif fisik
yaitu motif – motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya.
2. Motif budaya.
yang harus diperhatikan di sini
adalah yang bersifat budaya itu motif wisatawan, bukan atraksinya. Atraksinya
dapat berupa pemandangan alam, flora dan fauna, meskipun wisatawan dengan motif
budaya itu sering datang di tempat wisata untuk mempelajari atau sekedar untuk
mengenal atau memahami tata caradan kebudayaan bangsa atau daerah lain:
kebiasaanya, kehidupannya sehari – hari, kebudayaannya yang berupa bangunan,
musik, tarian, dan sebagainya.
3. Motif interpersonal
yang berhubungan dengan keinginan
untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, atau berkenalan dengan orang –
orang tertentu, berjumpa dengan teman – teman terkenal : penyanyi, penari,
bintang film, tokoh politik dan sebaginya.
4. Motif status atau motif prestise.
Banyak orang beranggapan bahwa orang
yang pernah mengunjungi tempat lain dengan sendirinya merasa lebih dari orang
yang tidak pernah bepergian. Orang yang pernah bepergian ke daera h – daerah
lain dianggap atau merasa gengsinya atau statusnya naik.
Klasifikasi Mc. Intosh tersebut
sudah tentu dapat disubklasifikasikan menjadi kelompok motif yang lebih kecil.
Motif – motif yang lebih kecil itu oleh IUOTO digunakan untuk menentukan tipe
perjalanan wisata. Dibawah ini tercantum sejumlah subkelas motif wisata serta
tipe wisatawan yang sering disebut – sebut.
A. Motif bersenang – senang atau tamasya.
A. Motif bersenang – senang atau tamasya.
Motif bersenang – senang atau
tamasya yang melahirkan tipe wisata tamasya (pleasure tourism). Wisatawan tipe
ini ingin mengumpulkan pengalaman sebanyak – banyaknya dan mendengar serta
menikmati apa saja yang menarik perhatian mereka. Wisatawan tamasya berpindah –
pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan menikmati pemandangan alam, adat
kebiasaan setempat, hiruk pikuk kota besar, atau ketenangan tempat yang sepi,
monumen, peninggalan sejarah, dan sebaginya. Wisatawan tipe ini susah dibedakan
denga tipe wisatawan tipe berikutnya.
B. Motif rekreasi
Motif rekreasi dengan tipe wisata
rekreasi (recreation tourism). Rekreasi adalah kegiatan yang menyenangkan yang
dimaksudkan untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani manusia. Kegiatan –
kegiatannya dapat berupa olahraga, embaca,mengerjakan hobi, dan sebaginya; juga
dapat didisi dengan perjalanan tamasya singkat untuk menikmati keadaan sekitar
tempat menginap(sightseeing) atau dengan bersantai – santai menikmati hari
libur. Di negara – negara industri maju darimana wisatawan berasal, motif
rekreasi itu penting sekali. Juga tipe wisatawan tamasya atau lainnya,
sebenatnya sering mengadakan perjalanan untuk rekreasi. Bedanya ialah wisatawan
rekreasi itu biasanya menghabiskan waktunya di satu tempat saja, sedangkan
awisatawa tamasya berpindah – pindah tempat.
C. Motif Kebudayaan
Dalam tipe wisata kebudayaan
(culture tourism) orang tidak hanya mengunjungi suatu tempat dan menikmati
atraksi yang ada, akan tetatpi lebih dari itu. Ia mungkin datangg untuk
mempelajari atau mengadakan penelitian tentang keadaan setempat. Seniman –
seniman sering mengadakan perjalanan untuk memperkaya diri, menambah
pengalaman, dan mempertajam kemampuan penghayatannya. Jelaslah bahwa atraksi
wisata tidak selalu berupa kebudayaan, tetapi dapat juga berupa keindahan alam,
seniman, atau guru yang terkenal untuk mengadakan wawancara, bertukarpikiran,
dan sebagainya. Dalam wisata budaya ini juga termasuk kunjungan wisatawan ke
berbagai daerah khusus (special events) seperti upacara agama, penobatan raja,
pemakaman tokoh tersohor, pertunjukkan rombongan kesenian yang terkenal, dan
sebagainya.
D. Wisata Olahraga
Wisata olahraga ialahpariwisata
dimana wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena motif olehraga. Olahraga
dewasa ini merata di kalangan rakyat san tersebar di seluruh dunia dengan
berbagai macam organisasi baik bersifat nasional mupun internasional. Yang
menjadi wisatawan dalam hal ini tidak unutk menyaksikan olehraga tetapi
melakukan kegiatan olahraga itu sendiri. Wisatawan olahragawan biasanya tinggal
agak lama di satu tempat dan mengisi waktu senggangnya dengan kegiatan –
kegiatan sosial, makan malam bersama, dansa bersama, berjudi, dan lain
sebagainya.
E. Wisata Bisnis
Bisnis merupakan motif dalam wisata
bisnis. Banyak hubungan terjadi antara orang – orang bisnis. Ada kunjungan
bisnis, pertemuan – pertemuan bisnis, ada pekan raya dagang, da lain sebaginya.
Kalau pekan raya perdanganan, pameran bisnis, dan sebagainya diselenggarakan
dengan baik dan berhasil, arus kedatangan wisatawan akan terus terasa dalam
waktu yang lama dalam waktu lama. Kontak yang terjadi dalam hubungan ini dapat
berkembang menjadi hubungan bisnis yang mantap.
F. Wisata Konvensi
Banyak pertemuan – pertemuan
nasional dan Internsional yang memebicarakan bermacam – macam masalah :
kelaparan dunia, pelestarian hutan, pemberantasan penyakit tertentu, sekedar
untuk pertemuan tahunan dengan antar ahli – ahli di bidang tertentu, dan
sebagainya. Perjalanan yang timbul karenanya pada umumnya disebut wisata
konvensi. Sedangkan kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan untuk mengadakan
sudtu konfrensi disebut wisata konfrensi (Confrence Tourism). Kalau konfrensi
diadakan oleh ahli – ahli seprofesi, perjalanan wisata yang timbul juga disebut
wisata profesi (Profession Tourism). Dalam hal ini adak kecendrungan untuk
membuat wisata profesi yang berupa seminar, simposium, lokakarya dengan maksud
untuk mendapatkan keuntungan sebagai suatu usaha bisnis. Penyelenggarannya
tidak saja bersifat insidentil, akan tetapi secara terencana dan dijadwalkan
men gingat waktu para ahli yang bersangkutan.
G. Motif Spiritual.
Motif spiritual dan wisata spiritual
(Spiritual Tourism) merupakan salah satu tipe wisata yang tertua. Sebelum orang
mnegadakan perjalanan wisata untuk bisnis, rekreasi, tamasya, olahraga dan
sebaginya, orang sudah melakukan perjalanan untuk berziarah dan untuk
kepentinga keagamaan. Tempat – trmpat ziarah seperti Palestina, Roma, Mekah,
dan Madinah merupakan tempat – tempat tujuan perjalanan wisata. Di Indonesia
banyak kita jumpai tempat – tempat untuk kunjungan ziarah seperti; Makam Sunan
Gunung Jati di Cirebon, Makam Sunan Bonang di Tuban, Sunan Giri di Gresik,
Sunan ampel di Surabaya, dan makam Bung Karno di Blitar yang diresmikan
Presiden Soeharto Tanggal 21 Juni 1979. Pada tahun 1984 Makam Bung Karno ini
dikunjungi oleh 5.286.297 orang peziarah, dengan yang berarti kunjungan rata –
rata sehari lebih dari 3000 orang sehari. Sebagai bagian dari wisata spiritual,
maka wisata ke makam merupakan tipe tersendiri yaitu wisata ziarah.
H. Motif Interpersonal
Yaitu mengadakan perjalanan dengan
tujuan untuk bertemu dengan orang lain. Dengan kata lain orang dapat menarik
seseorang untuk mengdakan perjalanan atau manusiapun merupakan salah satu
atraksi wisata. Banyak tepat – tepat wisata yang menarik disebabkan karena
atraksi manusianya, khususnya karena gadis – gadisnya. Dalam tahun 1983 di
Filipina kamum wanita beberapa kali mengadakan demonstrasi memprotes adanya pariwisata
seks di tempat – tempat tertentu. Protes ini disusul oleh protes dan
demonstrasi semaccam yang ditujukan kepada perusahaan – perusahaan yang
mengatur pariwisata semacam itu.
Pada umumnya yang menrik orang untuk
mengadakan perjalanan adalah orang – orang tertentu atau istimewa karena :
kedudukannya, pengaruhnya, keseniannya, kepandaiannya, dan prestasinya dalam
satu bidang tertentu sperti bidang olahraga, dan lain – lain.
I. Motif Kesehatan.
I. Motif Kesehatan.
Wisata kesehatan (Health Tourism)
pada jaman dulu merupakan tipe wisata yang penting sekali. Selalu ada kegiatan
– kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata di tempat – tempat sumber air
mineral (Spa) yang dianggap memiliki khasiat untk menyembuhkan penyakit. Daya
Terpeutik yang yang dianggap terdapat dalam air mineral smacam ini dapat
diperoleh dengan mudah, murah, dan manjur dibandingkan dengan beberapa jenis
obat yang tersedia. Sekarang bentuk – bentuk wisata kesehatan sudah berkembang
dengan sendirinya. Orang – orang melakukan kegiatan wisata kesehatan ini dengan
tujuan untuk check up kesehatan ke negara – negara lain yang lebih modern,
sehingga perjalanan inipun dikatakan sebagai wisata kesehatan (Health Tourism).
Di samping itu spa kini berkembang menjadi pusat kebugaran jasmani yang
diselaraskan secara ekologis dengan alam yang sehat.
J. Wisata Sosial
Tipe wisata sosial (social tourism)
itu bukan wisata yang berdasarkan motif sosial. Motif wisata sosial diasanya
adlah tamasya dan bersenang – senang, atau sekedar mengisi liburan. Akan
tetepai perjalanannya dilaksanakan dengan bantuan pihak – pihak tertentu yang
diberikan secara sosial. Bantuan ini dapat berupa kendaraan, tempat penginapan
seperti penanggrahan, wisma peristirahatan, hotel remaja (youth hostel) dan
sebagainya yang bertarif rendah. Misalnya wisata sosial buruh pabrik untuk
mengisi waktu liburan yang diberi subsidi oleh perusahaan berupa angkutan,
makan, dan wisma peristirahatan. Jenis wisata sosial yang penting dan mendapat
perhatian penuh dari segi pendidikan adalah wisata remaja. Dalam wisata remaja,
bantuan yang diberikan itu berupa penginapan murah dan khusus, dengan
pengawasan agar perjalanan yang dilakukan para remaja dapat dimanfaatkan sebaik
– baiknya sebagai sarana pendidikan mereka. Pariwisata sosial ini mempunyai
organisasi Internasioanl tersendiri yaitu Bureau de Tourisme Social yang
berkedudukan di Swis.
“… Landasan penelitian motivasi yang
kedua ialah pengakuan bahwa motif – motif yang tersembunyi di belakang
perbuatan konsumen (= wisatawan)- bahkan perbuatan yang paling sederhanapun -
sering rumit dan kompleks atau tidak nampak. Sering konsumen tidak tahu mengapa
mereka berbuat seperti itu. Sering juga mereka tahu, akan tetapi mereka tidak
mau memberitahukannya. Dan kadang – kadang mereka menyembunyikan motif yang
sebenarnya di belakang alasan – alasan yang “baik” atau yang dapat diterima
oleh masyarakat. Sangat mengherankan misalnya melihat banyak pengunjung yang
mengatakan bahwa yang sebenarnya menarik bagi mereka tentang Las Vegas adalah
fasilitasnya yang bagus untuk berlibur dengan keluarga. ( Jadi bukan fasilitas
unntuk berjudi, yang sebenarnya diutamakan oleh pengusaha atraksi – Pen). Oleh
karena itu usaha untuk mengetahui motif konsumen ada kemungkinannya memrlukan
tehnik tidak lansung atau terselubung”(The Changing World of Travel Marketing,
Joseph g. Smith, 1971 : 13).
Kecuali itu semua harus diperhatikan
bahwa mengetahui motif saja tidak cukup untuk membangun atraksi wisata. Untuk
memnuhi motif rekreasi, misalnya orang harus sadar bahwa atraksi untuk rekreasi
itu dapat bermacam – macam bentuknya seperti : berelancar, main golf, berenang,
menyelam, berjudi, dan sebagainya. Untuk mengadakan evaluasi yang tepat apa
yang secara nyata harus dibangun, diperlukan bermacam – macam ahli, ahli
pariwisata, arsitek, ahli sosiologi, dan sebaginya.
Jelaslah bahwa orang tidak dapat
begitu saja membangun atraksi wisata menurut seleranya sendiri, kalau orang
tidak ingin mengalami kekecewaan di kemudian hari.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan:
BalasHapushubungan komplementaris antara atraksi dengan motif wisatawan.
kirim jawaban anda dalam bentuk MSword ke susiana64@gmail.com
paling lambat Kamis, 18 oktober 2012