Sabtu, 22 Oktober 2011

kuliah 4 _ Pariwisata alam budaya-STP Pd Cabe-Reg


DETERMINAN DAN MOTIVASI PERJALANAN WISATA
A. PENDAHULUAN
Berbagai faktor dapat mempengaruhi seseorang untuk mengadakan perjalanan. Kebanyakan orang bepergian atau berwisata dengan tujuan untuk bersenang – seanang seperti tujuan wisatawan pada umumnya. Tetapi tidak jarang orang memanfaatkan waktunya untuk bersenang – seanang sekaligus menambag wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan tentang sesuatu hal. Dengan kata lain mereka datang ke suatu tempat tidak saja hanya untuk melihat – lihat tetapi memiliki tujuan yang lebih dari itu, yaitu sesuatu yang berharga yang tidak mungkin didapatinya di tempat asalnya. Jadi Perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dalam (diri sendiri) seperti kesehatan pendidikan, keuangan, dan faktor dari luar (apa yang ada di derah tujuan) seperti iklim, letak geografis, special event, dan lain sebagainya.

B. PENGERTIAN DETERMINAN DAN MOTIVASI.
Yang dimaksud dengan determinasi dalam perjalanan wisata adalah faktor yang memungkinkan seseorang melakukan perjalanan wisata ke suatu tempat atau daerah di luar tempat tinggalnya. Faktor adanya cukup biaya, adanya waktu yang tersedia, dan faktor lainnya adalah merupakan determinan yang kuat untuk bisa melakukan perjalanan wisata. Perjalanan wisata ini harus pula didorong oleh adanya motivasi yaitu mengapa seseorang berwisata. Dengan kat lain motivasi adalah sebab mengapa ingin mengunjungi tempat lain untuk tujuan tertentu antara lain untuk berlibur, berobat, dan lain – lain.

C. JENIS – JENIS DETERMINAN

A. Pengaruh faktor sosila ekonomi.
Di negara – negara maju seperti Amerika Utara, eropa Barat, Jepang, dan Australia keinginan penduduk untuk berwisata sangat besar. Negara – negara inilah yang merupakan pusat asal para wisatawan yang terbanyak di dunia (main generating countries).

Ciri - ciri negara maju antara lain :
1. Jumlah simpanan yang besar dari penduduknya.
2. Berkurangnya jam kerja dan hak cuti yang dibayar makin panjang.
Jam kerja di negara – negara yang sudah maju adalah berkisar 40 jam seminggu. Malahan ada 35 jam dan hal ini memberi kesempatan untuk berwisata. Demikian pula cuti bagi mereka yang bekerja di sektor swasta tetap dibayar.
3. Prosentase pemilihan kendaraan bermotor makin besar.
Pemilihan kendaraan bermotor bagi keluarga dapat mencerminkan standar hidup penduduk yang lebih tinggi. Dengan kendaran bermotor sendiri maka kemudian lebih terjamin untuk melakukan perjalanan wisata dengan keluarga.

B. Pengaruh Fakktor Demografi.
Yang dimaksud dengan demografi adalah hal – hal yang berhubungan dengan kependudukan seperti : umur, keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan konsentrasi penduduk di suatu daerah. Semua faktor ini dapat mempengaruhi pengambilan keputusan perjalanan wisata, contoh :

1. Umur.
Yang dimaksud dengan determinasi dalam perjalanan wisata adalah faktor yang memungkinkan seseorang melakukan perjalanan wisata ke suatu tempat atau daerah di luar tempat tinggalnya. Faktor adanya cukup biaya, adanya waktu yang tersedia, dan faktor lainnya adalah merupakan determinan yang kuat untuk bisa melakukan perjalanan wisata. Perjalanan wisata ini harus pula didorong oleh adanya motivasi yaitu mengapa seseorang berwisata. Dengan kat lain motivasi adalah sebab mengapa ingin mengunjungi tempat lain untuk tujuan tertentu antara lain untuk berlibur, berobat, dan lain – lain. JENIS – JENIS DETERMINAN Pengaruh faktor sosila ekonomi. Di negara – negara maju seperti Amerika Utara, eropa Barat, Jepang, dan Australia keinginan penduduk untuk berwisata sangat besar. Negara – negara inilah yang merupakan pusat asal para wisatawan yang terbanyak di dunia (main generating countries). Ciri - ciri negara maju antara lain : Juyebabkan pariwisata makin maju. Dengan menggunakan angkutan bermotor dan khusunya setelah perang dunia II banyak dipergunakan angkutan udara, maka perjalanan wisata lebih cepat, nyaman, dan relatiif murah, yang diatur secara reguler. Pada tahun 1963 mulailah diperkenalkan angkutan udara dengan sistem carter yang dihubungkan dengan paket wisata.
2. Agen Perjalanan dan Biro Perjalanan umum
Agen Perjalanan berfungsi menjual jasa perusahaan penyedia jasa utama seperti ; usaha penerbangan, perhotelan, restoran, dan usaha jasa lainnya.
Sedangkan biro Perjalanan umum berfungsi menyiapkan paket wisata yang terdiri dari komponen – komponen jasa dalam satu kesatuan seperti jasa angkutan, akomodasi, makanan, perjalanan wisata, dan lain – lain dengan satu kesatuan harga turut pula membantu kelancaran orang yang ingin berwisata.
3. Promosi Pariwisata
Promosi pariwisata dilakukan seiring dengan perkembangan media komunikasi yang ada yang sudah semakin modern seperti TV, satelit, dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan penjual jasa seperti Agen Perjalanan, Usaha Akomodasi, Restoran, dan lin – lain turut membantu dalam perkembangan perjalanan wisata ke suatu tempat atau daerah lain.
4. Motivasi wisatawan
Motivasi menyebabkan seseorang menyusun suatu tujuan atau mencapai gerak yang yang dapat memuaskan kebutuhannya. Dalam hal ini, kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman dapat memotivasi seseorang untuk melakukan kegiatan perjalanan wisata ke tempat atau daerah lain.


D. JENIS – JENIS MOTIVASI WISATAWAN
Untuk mengadakan klasifikasi motif wisata harus diketahui semua jenis motif wisata. Akan tetapi tidak ada kepastian apakah semua jenis motif wisata telah atau dapat diketahui. Tidak ada kepastian bahwa apa yang dapat diduga dapat menjadi motif wisata atau terungkap dalam penelitian – penelitian motivasi wisata (motivation motive). Pada hakekatnya motif orang untuk mengadakan perjalanan wisata tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Mc. Intosh mengklasifikasikan motif – motif wisata dapat dibagai menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Motif fisik
yaitu motif – motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya.
2. Motif budaya.
yang harus diperhatikan di sini adalah yang bersifat budaya itu motif wisatawan, bukan atraksinya. Atraksinya dapat berupa pemandangan alam, flora dan fauna, meskipun wisatawan dengan motif budaya itu sering datang di tempat wisata untuk mempelajari atau sekedar untuk mengenal atau memahami tata caradan kebudayaan bangsa atau daerah lain: kebiasaanya, kehidupannya sehari – hari, kebudayaannya yang berupa bangunan, musik, tarian, dan sebagainya.
3. Motif interpersonal
yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, atau berkenalan dengan orang – orang tertentu, berjumpa dengan teman – teman terkenal : penyanyi, penari, bintang film, tokoh politik dan sebaginya.
4. Motif status atau motif prestise.
Banyak orang beranggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi tempat lain dengan sendirinya merasa lebih dari orang yang tidak pernah bepergian. Orang yang pernah bepergian ke daera h – daerah lain dianggap atau merasa gengsinya atau statusnya naik.
Klasifikasi Mc. Intosh tersebut sudah tentu dapat disubklasifikasikan menjadi kelompok motif yang lebih kecil. Motif – motif yang lebih kecil itu oleh IUOTO digunakan untuk menentukan tipe perjalanan wisata. Dibawah ini tercantum sejumlah subkelas motif wisata serta tipe wisatawan yang sering disebut – sebut.
A. Motif bersenang – senang atau tamasya.
Motif bersenang – senang atau tamasya yang melahirkan tipe wisata tamasya (pleasure tourism). Wisatawan tipe ini ingin mengumpulkan pengalaman sebanyak – banyaknya dan mendengar serta menikmati apa saja yang menarik perhatian mereka. Wisatawan tamasya berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan menikmati pemandangan alam, adat kebiasaan setempat, hiruk pikuk kota besar, atau ketenangan tempat yang sepi, monumen, peninggalan sejarah, dan sebaginya. Wisatawan tipe ini susah dibedakan denga tipe wisatawan tipe berikutnya.
B. Motif rekreasi
Motif rekreasi dengan tipe wisata rekreasi (recreation tourism). Rekreasi adalah kegiatan yang menyenangkan yang dimaksudkan untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani manusia. Kegiatan – kegiatannya dapat berupa olahraga, embaca,mengerjakan hobi, dan sebaginya; juga dapat didisi dengan perjalanan tamasya singkat untuk menikmati keadaan sekitar tempat menginap(sightseeing) atau dengan bersantai – santai menikmati hari libur. Di negara – negara industri maju darimana wisatawan berasal, motif rekreasi itu penting sekali. Juga tipe wisatawan tamasya atau lainnya, sebenatnya sering mengadakan perjalanan untuk rekreasi. Bedanya ialah wisatawan rekreasi itu biasanya menghabiskan waktunya di satu tempat saja, sedangkan awisatawa tamasya berpindah – pindah tempat.
C. Motif Kebudayaan
Dalam tipe wisata kebudayaan (culture tourism) orang tidak hanya mengunjungi suatu tempat dan menikmati atraksi yang ada, akan tetatpi lebih dari itu. Ia mungkin datangg untuk mempelajari atau mengadakan penelitian tentang keadaan setempat. Seniman – seniman sering mengadakan perjalanan untuk memperkaya diri, menambah pengalaman, dan mempertajam kemampuan penghayatannya. Jelaslah bahwa atraksi wisata tidak selalu berupa kebudayaan, tetapi dapat juga berupa keindahan alam, seniman, atau guru yang terkenal untuk mengadakan wawancara, bertukarpikiran, dan sebagainya. Dalam wisata budaya ini juga termasuk kunjungan wisatawan ke berbagai daerah khusus (special events) seperti upacara agama, penobatan raja, pemakaman tokoh tersohor, pertunjukkan rombongan kesenian yang terkenal, dan sebagainya.
D. Wisata Olahraga
Wisata olahraga ialahpariwisata dimana wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena motif olehraga. Olahraga dewasa ini merata di kalangan rakyat san tersebar di seluruh dunia dengan berbagai macam organisasi baik bersifat nasional mupun internasional. Yang menjadi wisatawan dalam hal ini tidak unutk menyaksikan olehraga tetapi melakukan kegiatan olahraga itu sendiri. Wisatawan olahragawan biasanya tinggal agak lama di satu tempat dan mengisi waktu senggangnya dengan kegiatan – kegiatan sosial, makan malam bersama, dansa bersama, berjudi, dan lain sebagainya.
E. Wisata Bisnis
Bisnis merupakan motif dalam wisata bisnis. Banyak hubungan terjadi antara orang – orang bisnis. Ada kunjungan bisnis, pertemuan – pertemuan bisnis, ada pekan raya dagang, da lain sebaginya. Kalau pekan raya perdanganan, pameran bisnis, dan sebagainya diselenggarakan dengan baik dan berhasil, arus kedatangan wisatawan akan terus terasa dalam waktu yang lama dalam waktu lama. Kontak yang terjadi dalam hubungan ini dapat berkembang menjadi hubungan bisnis yang mantap.
F. Wisata Konvensi
Banyak pertemuan – pertemuan nasional dan Internsional yang memebicarakan bermacam – macam masalah : kelaparan dunia, pelestarian hutan, pemberantasan penyakit tertentu, sekedar untuk pertemuan tahunan dengan antar ahli – ahli di bidang tertentu, dan sebagainya. Perjalanan yang timbul karenanya pada umumnya disebut wisata konvensi. Sedangkan kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan untuk mengadakan sudtu konfrensi disebut wisata konfrensi (Confrence Tourism). Kalau konfrensi diadakan oleh ahli – ahli seprofesi, perjalanan wisata yang timbul juga disebut wisata profesi (Profession Tourism). Dalam hal ini adak kecendrungan untuk membuat wisata profesi yang berupa seminar, simposium, lokakarya dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan sebagai suatu usaha bisnis. Penyelenggarannya tidak saja bersifat insidentil, akan tetapi secara terencana dan dijadwalkan men gingat waktu para ahli yang bersangkutan.
G. Motif Spiritual.
Motif spiritual dan wisata spiritual (Spiritual Tourism) merupakan salah satu tipe wisata yang tertua. Sebelum orang mnegadakan perjalanan wisata untuk bisnis, rekreasi, tamasya, olahraga dan sebaginya, orang sudah melakukan perjalanan untuk berziarah dan untuk kepentinga keagamaan. Tempat – trmpat ziarah seperti Palestina, Roma, Mekah, dan Madinah merupakan tempat – tempat tujuan perjalanan wisata. Di Indonesia banyak kita jumpai tempat – tempat untuk kunjungan ziarah seperti; Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, Makam Sunan Bonang di Tuban, Sunan Giri di Gresik, Sunan ampel di Surabaya, dan makam Bung Karno di Blitar yang diresmikan Presiden Soeharto Tanggal 21 Juni 1979. Pada tahun 1984 Makam Bung Karno ini dikunjungi oleh 5.286.297 orang peziarah, dengan yang berarti kunjungan rata – rata sehari lebih dari 3000 orang sehari. Sebagai bagian dari wisata spiritual, maka wisata ke makam merupakan tipe tersendiri yaitu wisata ziarah.
H. Motif Interpersonal
Yaitu mengadakan perjalanan dengan tujuan untuk bertemu dengan orang lain. Dengan kata lain orang dapat menarik seseorang untuk mengdakan perjalanan atau manusiapun merupakan salah satu atraksi wisata. Banyak tepat – tepat wisata yang menarik disebabkan karena atraksi manusianya, khususnya karena gadis – gadisnya. Dalam tahun 1983 di Filipina kamum wanita beberapa kali mengadakan demonstrasi memprotes adanya pariwisata seks di tempat – tempat tertentu. Protes ini disusul oleh protes dan demonstrasi semaccam yang ditujukan kepada perusahaan – perusahaan yang mengatur pariwisata semacam itu.
Pada umumnya yang menrik orang untuk mengadakan perjalanan adalah orang – orang tertentu atau istimewa karena : kedudukannya, pengaruhnya, keseniannya, kepandaiannya, dan prestasinya dalam satu bidang tertentu sperti bidang olahraga, dan lain – lain.
I. Motif Kesehatan.
Wisata kesehatan (Health Tourism) pada jaman dulu merupakan tipe wisata yang penting sekali. Selalu ada kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata di tempat – tempat sumber air mineral (Spa) yang dianggap memiliki khasiat untk menyembuhkan penyakit. Daya Terpeutik yang yang dianggap terdapat dalam air mineral smacam ini dapat diperoleh dengan mudah, murah, dan manjur dibandingkan dengan beberapa jenis obat yang tersedia. Sekarang bentuk – bentuk wisata kesehatan sudah berkembang dengan sendirinya. Orang – orang melakukan kegiatan wisata kesehatan ini dengan tujuan untuk check up kesehatan ke negara – negara lain yang lebih modern, sehingga perjalanan inipun dikatakan sebagai wisata kesehatan (Health Tourism). Di samping itu spa kini berkembang menjadi pusat kebugaran jasmani yang diselaraskan secara ekologis dengan alam yang sehat.
J. Wisata Sosial
Tipe wisata sosial (social tourism) itu bukan wisata yang berdasarkan motif sosial. Motif wisata sosial diasanya adlah tamasya dan bersenang – senang, atau sekedar mengisi liburan. Akan tetepai perjalanannya dilaksanakan dengan bantuan pihak – pihak tertentu yang diberikan secara sosial. Bantuan ini dapat berupa kendaraan, tempat penginapan seperti penanggrahan, wisma peristirahatan, hotel remaja (youth hostel) dan sebagainya yang bertarif rendah. Misalnya wisata sosial buruh pabrik untuk mengisi waktu liburan yang diberi subsidi oleh perusahaan berupa angkutan, makan, dan wisma peristirahatan. Jenis wisata sosial yang penting dan mendapat perhatian penuh dari segi pendidikan adalah wisata remaja. Dalam wisata remaja, bantuan yang diberikan itu berupa penginapan murah dan khusus, dengan pengawasan agar perjalanan yang dilakukan para remaja dapat dimanfaatkan sebaik – baiknya sebagai sarana pendidikan mereka. Pariwisata sosial ini mempunyai organisasi Internasioanl tersendiri yaitu Bureau de Tourisme Social yang berkedudukan di Swis.

“… Landasan penelitian motivasi yang kedua ialah pengakuan bahwa motif – motif yang tersembunyi di belakang perbuatan konsumen (= wisatawan)- bahkan perbuatan yang paling sederhanapun - sering rumit dan kompleks atau tidak nampak. Sering konsumen tidak tahu mengapa mereka berbuat seperti itu. Sering juga mereka tahu, akan tetapi mereka tidak mau memberitahukannya. Dan kadang – kadang mereka menyembunyikan motif yang sebenarnya di belakang alasan – alasan yang “baik” atau yang dapat diterima oleh masyarakat. Sangat mengherankan misalnya melihat banyak pengunjung yang mengatakan bahwa yang sebenarnya menarik bagi mereka tentang Las Vegas adalah fasilitasnya yang bagus untuk berlibur dengan keluarga. ( Jadi bukan fasilitas unntuk berjudi, yang sebenarnya diutamakan oleh pengusaha atraksi – Pen). Oleh karena itu usaha untuk mengetahui motif konsumen ada kemungkinannya memrlukan tehnik tidak lansung atau terselubung”(The Changing World of Travel Marketing, Joseph g. Smith, 1971 : 13).

Kecuali itu semua harus diperhatikan bahwa mengetahui motif saja tidak cukup untuk membangun atraksi wisata. Untuk memnuhi motif rekreasi, misalnya orang harus sadar bahwa atraksi untuk rekreasi itu dapat bermacam – macam bentuknya seperti : berelancar, main golf, berenang, menyelam, berjudi, dan sebagainya. Untuk mengadakan evaluasi yang tepat apa yang secara nyata harus dibangun, diperlukan bermacam – macam ahli, ahli pariwisata, arsitek, ahli sosiologi, dan sebaginya.
Jelaslah bahwa orang tidak dapat begitu saja membangun atraksi wisata menurut seleranya sendiri, kalau orang tidak ingin mengalami kekecewaan di kemudian hari.

KULIAH 4 Pariwisata berkelanjutan - PBU Hotel-PD Cabr


Bacalah dengan seksama tulisan di bawah ini:
EKOWISATA BINTAN
Ekowisata berbasis komunitas ('community based ecotourism') untuk mempromosikan Budaya Melayu dan Keindahan Alam di Pulau Bintan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

rumah ada melayupetualangan sungai sebonggunung bintan

Pulau Bintan merupakan pulau terbesar diantara pulau-pulau lainnya yang ada di propinsi termuda Indonesia, yaitu propinsi Kepulauan Riau. Letaknya sangat strategis karena berbatasan langsung dengan negara tetanga Singapore dan Malaysia. Jarak tempuh dari Singapore ke Tanjung Pinang hanya 2 jam dengan menggunakan Ferry. Bahkan bagian utara Pulau Bintan, yaitu Lagoi dapat ditempuh hanya dalam waktu 55 menit. Karena letaknya yang strategis, sudah sejak lama Bintan menjadi pusat perdagangan dan pariwisata. Pariwisata semakin berkembang ketika diterapkannya kebijakan bebas visa bagi wisman asal negara Asean, seperti Singapore dan Malaysia.
Setiap tahun Pulau Bintan dikunjungi oleh sekitar 500 ribu orang wisatawan mancanegara. Ada dua tujuan wisata di Bintan, yaitu Tanjung Pinang yang menjadi ibu kota propinsi Kepulauan Riau dan Kawasan Wisata Internasional Lagoi, Kab. Bintan yang terletak di utara P. Bintan. Wisman yang datang ke Tanjung Pinang di dominasi oleh turis dari Singapore dan Malaysia, umumnya mereka datang untuk berbelanja (shopping) atau mencari hiburan semata. Sedangkan turis yang datang ke Kawasan Wisata Lagoi lebih beragam, biasanya mereka datang dengan tujuan untuk berlibur, bulan madu atau berolah raga, khususnya golf.
Banyaknya jumlah wisman yang berkunjung ke P. Bintan memang telah meningkatkan perekonomian dan menciptakan banyak lapangan kerja. Pariwisata menjadi tulang punggung penggerak roda perekonomian dan menjadi salah satu sumber pendapatan utama pemerintah setempat, khususnya penerimaan dari pajak hotel dan restaurant. Namun, sayangnya hiruk pikuk dan gemerlap pariwisata ini belum bisa dinikmati sepenuhya oleh penduduk asli, mereka kalah bersaing dengan pendatang yang umumnya memiliki keuletan, keterampilan dan pendidikan yang relatif lebih baik dari penduduk lokal.
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam bidang pariwisata, pada tahun 2002 digulirkan proyek pengembangan ekowisata berbasis komunitas dengan nama Bintan Ecotourism Venture Project (BEVEP) yang dibiayai oleh multi lembaga, yaitu Department for International Development (DFID, Inggris), PEMDA Kab. Bintan dan PT Bintan Resort Cakrawala selaku pengelola kawasan wisata Lagoi. Proyek selama 3 tahun ini dilaksanakan di dua desa yang letaknya bersinggungan dengan kawasan wisata Lagoi, yaitu Desa Sebong Lagoi dan desa Sribintan, Kecamatan Teluk Sebong, Kab. Bintan. BEVEP bertujuan untuk memberikan alternatif pendapatan dengan menjadi pelaku pariwisata di desanya masing-masing. Tujuan lain yang hendak dicapai dalam proyek ini adalah menjaga kelestarian lingkungan dan mempromosikan budaya Melayu Riau.
Kegiatan utama Proyek Ekowisata berbasis komunitas ini adalah meningkatkan keterampilan penduduk lokal dalam bidang pariwisata melalui serangkaian kegiatan pelatihan yang relevan. Kegiatan lain adalah memperbaiki infrastruktur desa serta membangun berbagai sarana pariwisata yang diperlukan. Dengan di bantu konsultan ahli dalam dan luar negeri kemudian di rancang beberapa produk ekowisata sesuai dengan potensi yang ada di kedua desa tersebut. Setelah melakukan beberapa kali uji pasar dan justifikasi, akhirnya produk ekowisata siap untuk dipasarkan. Seluruh kegiatan proyek dari mulai perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dilakukan secara bersama-sama dengan masyarakat setempat. Lebih jauh lihat Proyek Bevep.
Usaha ekowisata ini selanjutnya dioperasikan oleh masyarakat setempat melalui wadah organisasi Yayasan Ekowisata yang telah dibentuk sebelumnya di setiap desa. Produk ekowisata yang dijual antara lain Ekowisata Memancing Tradisional di Sungai Sebong, Ekowisata Mendaki Gunung Bintan, Ekowisata Budaya Desa, Ekowisata Bersepeda Melintasi hutan, pantai, perkebunan dan kawasan pemukiman, Ekowisata Memancing ke Tengah Laut, Ekowisata Menjelajah Desa dengan Bersepeda, dsb. Pangsa pasar ekowisata adalah wisman yang berkunjung ke kawasan wisata Lagoi. Kegiatan promosi dan pemasaran dilakukan oleh PT Bintan Resort Cakrawala yang merupakan mitra kerja Yayasan Ekowisata.

Tugas anda:
1. kaitannya dengan Pariwisata berkelanjutan, kegiatan (act) dan atraksi apa yang bisa menunjukka bahwa pariwisata bintan di atas, mengacu pada prinsip pariwisata berkelanjutan?

Buat analisis saudara dalam doc file, dan bisa dikirim ke gmail saya

Terima kasih, dan selamat bekerja.




Selasa, 11 Oktober 2011

Kuliah 3 Pariwisata berkelanjutan-PBU HTL- Pd Cabe

Kuliah ke 3 ini terkait dengan penanganan daya dukung lingkungan terkait dengan pengelolaan berkelanjutan dari ODTW.
Bacalah tulisan di bawah ini, dan buatlah tugas yang diminta:

  • Ecotourism adalah jenis kepariwisataan berbasis alam yang memberi manfaat bagi masyarakat dan destinasi setempat baik dalam hal lingkungan alam, budaya maupun ekonomi.
  • Ecotourism menghadirkan seperangkat prinsip yang telah berhasil dilaksanakan di berbagai masyarakat global dan telah didukung luas oleh industri (pariwisata) maupun penelitian akademik.
  • Ecotourism, jika dilaksanakan berdasar prinsip-prinsip ini, menciptakan pengembangan kepariwisataan yang memberi manfaat sosial dan lingkungan yang sehat.
  • Sebagaimana ecotourism, istilah-istilah seperti sustainable tourism dan responsible tourism berakar dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yaitu “pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (Bruntland Commission, 1987).
  1. Daya Dukung Lingkungan
Dalam pengelolan ecotourism, perlu dilihat kondisi dan daya dukung lingkungan, untuk itu kita perhatikan beberapa istilah di bawah ini
Daya Dukung Lingkungan ;  
Adalah : Kemampuan suatu daerah menerima wisatawan, yang dinyatakan dengan jumlah wisatawan per satuan waktu

hal ini dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu : 1. Tujuan Wisatawan dan 2. lingkungan biofisik daerah tujuan wisata

Faktor biofisik, membagi daya dukung lingkungan menjadi 2 yaitu:

1. daya dukung kuat - adalah ekosistem yang mempunyai daya dukung tinggi, tidak mudah 
rusak dan bisa cepat memperbaiki kondisinya,  dicirikan dengan: 
- ketinggian di atas permukaan laut tidak lebih dari 500 meter
- Tanahnya landai atau datar
-Suhu tinggi
- Tanah subur
contohnya adalah
Hutan wisata jawa bag utara
tanah aluvial, subur, tidak mudah erosi

2. Daya dukung rapuh- adalah ekosistem yang daya dukungnya rendah, mudah rusak dan tidak mudah diperbaiki
dicirikan dengan:
  Berada di dataran tinggi
- Topografinya curam
-Suhu rendah
- Tanah biasanya tidak subur
contoh ; Kawah ciwidey, kawah papandayan

Daerah yang secara lingkungan alam rapuh, umumnya jika dijadikan obyek daya tarik wisata (ODTW), haruslah berupa ecotourism
Menurut anda:

1. Bagaimana dengan Kawah Ciwidey? menurut anda jika melihat daya dukung ekosistem yang rapuh, bagaimana seharusnya pengelolaannya dilakukan,? 
2. Diskusikan dalam kelas, kemudian buat jawaban anda masing-masing sesuai pemikiran Saudara


Petunjuk :

1. Anda harus follow lebih dahulu, dan memberi komentar agar saya tahu anda mengikuti dan membaca tulisan ini

2. Buat jawaban di file doc, dan dikirimkan ke email susiana64@gmail.com, subyek : Pariwisata Berkelanjutan-Pd cabe

3. tugas dikirim paling lambat Sabtu, 15 Oktober 2011 pukul 24.00

Selamat Bekerja

Kuliah 3 Pariwisata Alam budaya - Motif dan Atraksi Wisata -Kelas Roxy

Motif dan Atraksi Wisata
1.      Modal kepariwisataan (Tourism Asset) dan Atraksi Wisata Atau sering juga disebut sumber kepariwisataan (tourism resource).
            Suatu tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata, kalau      kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada   yang dapat   dikembangkan menjadi atraksi wisata.
2.      Apa yang dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan.
Modal kepariwisataan (Tourism Asset) dan Atraksi Wisata
                          Modal atraksi yang menarik kedatangan wisata itu ada tiga, yaitu:
1.Alam
2.Kebudayaan
3.Manusia
3. Modal kepariwisataan (Tourism Asset) dan Atraksi Wisata
         Modal kepariwisataan itu dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata di tempat di mana modal wisata itu ditemukan atau sering disebut dengan in situ.

4.       Atau modal kepariwisataan yang dikembangkan di luar tempat aslinya dan sering disebut ex situ. Contohnya: kebun raya atau kebun binatang, museum dan sebagainya.

5.       Modal kepariwisataan (Tourism Asset) dan Atraksi Wisata
Selain itu ada pula modal kepariwisataan yang disebut dengan:
 atraksi penahan dan atraksi penangkap wisatawan.
·         Atraksi penahan ialah sebuah atraksi yang dapat menahan wisatawan selama berhari-hari dan berkali-kali dinikmati, bahkan pada kesempatan lain wisatawan mungkin berkunjung kembali ke tempat yang sama.

·         Atraksi Penangkap Wisata ialah atraksi yang hanya sekali dinikmati, kemudian ditinggalkan lagi oleh wisatawan.
Contoh:
  Candi Borobudur adalah atraksi penangkap wisata dan Pantai Kuta adalah penahan wisatawan.

Tipe wisatawan akan erat hubungannya dengan 2 atraksi tersebut.
·         Atraksi penahan terutama cocok untuk wisatawan yang sedang rekreasi.
·         Atraksi penangkap terutama cocok dengan peminat wisata tamasya atau wisata budaya.

Modal dan Potensi Alam
·         Yang dimaksud dengan alam di sini ialah, fisik, fauna dan floranya.



  Mengapa alam itu menarik bagi manusia:
1.Banyak wisatawan tertarik oleh kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di alam terbuka.
2.Dalam kegiatan pariwisata jangka pendek, pada akhir pekan atau dalam masa liburan,orang sering mengadakan perjalanan sekadar untuk menikmati pemandangan atau suasana pedesaan atau kehidupan di luar kota.
3.Banyak juga wisatawan yang mencari ketenangan di tengah alam yang iklimnya nyaman, suasananya tentram, pemandangannya bagus dan terbuka luas.
4.Ada juga wisatawan yang menyukai tempat-tempat tertentu dan setiap kali ada kesempatan untuk pergi, mereka kembali ke tempat-tempat tersebut.
5.Alam juga seringkali menjadi tempat studi untuk wisatawan budaya, khususnya dalam widya wisata.

Yang dimaksud dengan kebudayaan disini ialah dalam arti yang luas.
Kebudayaan bukan saja seperti kesenian, perikehidupan keraton dan lain sebagainya.
Tetapi bisa meliputi: pakaiannya, cara berbicaranya, kegiatan di pasar tradisional, dan lain sebagainya.

Modal dan Potensi Kebudayaan
              Karena luasnya kebudayaan dalam arti ini, maka kebudayaan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1.Kebudayaan warisan (tourist heritage)
  Semua berwujud artifact.
2.Kebudayaan hidup:
•Kebudayaan tradisional
•Kebudayaan kontemporer

·         Kebudayaan Warisan
Semua yang berwujud artifact.
Artifact dari kebudayaan warisan itu:
•Ada yang terdapat ex situ di museum;
•Ada yang terdapat in situ di situs arkeologi dan meliputi peninggalan-peninggalan dari:
a.Zaman prasejarah
b.Zaman pengaruh India
c.Zaman pengaruh Islam
d.Zaman pengaruh Barat


Artifact dari Kebudayaan Hidup
Kebudayaan tradisional:
Adat kebiasaan
Kesenian dan kerajinan tradisional
Kebudayaan kontemporer:
Sebagian berupa artifact dan terdapat di museum modern serta di tengah-tengah masyarakat
Sebagian berupa act dan berupa:
a)Tata cara kehidupan modern
b)Kesenian dan kerajinan kontemporer
Modal dan Potensi Kebudayaan
Dalam pembangunan pariwisata khususnya mengenai atraksi wisata budaya kerap kali terjadi kekeliruan.
Yang patut diperhatikan adalah, atraksi wisata harus menarik minat atau selera dari wisatawan itu sendiri bukan menurut selera penyelenggara.
Ini berarti, sudah tentu tidak semua wujud kebudayaan sama menariknya untuk semua tipe wisatawan.
Di situs prasejarah, tidak banyak yang dapat dilihat oleh wisatawan tipe tamasya, akan tetapi sebaliknya menarik sekali untuk wisatawan studi.
Modal dan Potensi Manusia
Bahwa manusia dapat menjadi atraksi wisata dan menarik kedatangan wisatawan bukan hal yang luar biasa, meskipun gagasannya mungkin akan membuat orang tersentak.
Memang benar manusia dapat digunakan sebagai atraksi wisata, namun yang patut dicermati ialah, kedudukan manusia tidak boleh direndahkan sehingga kehilangan martabatnya.

Syarat-syarat Atraksi Wisata yang Baik
·         Atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan yang sebanyak-banyaknya dan menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan memberikan kepuasan wisatawan yang datang berkunjung.

Untuk mencapai hal tersebut harus ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Syarat-syarat Atraksi Wisata yang Baik
1.Kegiatan (act) dan obyek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam keadaan yang baik;
2.Karena atraksi wisata itu harus disajikan dihadapan wisatawan, maka cara penyajiannya (presentasinya) harus tepat;
3.Atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial, suatu perjalanan. Oleh karena itu juga harus memenuhi semua determinan mobilitas spasial, yaitu akomodasi, transportasi dan promosi serta pemasaran;
4.Keadaan di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan yang cukup lama.
5.Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata harus diusahakan supaya bertahan selama mungkin.

Alam, Budaya dan Manusia sebagai Satu Kesatuan

Pariwisata sebagai praktek perjalanan yang konkret, memerlukan ketiga modal tersebut sebagai satu kesatuan.
Untuk menarik kedatangan wisatawan, modal atraksi tidak pernah hanya alam atau manusia atau budaya saja, akan tetapi ketiga-tiganya diperlukan bersama-sama.
Selain itu juga dengan mengemas sebuah atraksi yang baik, diharapkan wisatawan untuk betah berada situasi seperti itu dan dapat memberikan kesan tersendiri bagi mereka.