Kamis, 06 November 2014

Kuliah Pariwisata Berkelanjutan - Kuliah 7-8 kelas Sudirman



Mengapa Perencanaan Pariwisata perlu dilakukan di Lingkup Destinasi
Posted on Senin, 24 Februari 2014, 07.55 by Taslim, http://pariwisata.rejanglebongkab.go.id/mengapa-perencanaan-pariwisata-perlu-dilakukan-di-lingkup-destinasi/

Perencanaan pariwisata perlu dilakukan karena adanya banyak perubahan dalam industri pariwisata saat ini. Pariwisata mencakup banyak hal yang melibatkan banyak pihak, maka dibutuhkan strategi tertentu dalam perencanaan kegiatan pariwisata sehingga dapat berlangsung dengan baik.

Merencanakan sesuatu dalam hal ini perencanaan pariwisata bila dilakukan dengan baik tentu akan memberikan manfaat dan dapat memperkecil semua efek yang tidak menguntungkan. Karena itu pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata sebagai suatu industri agar perkembangan industri pariwisata sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki, baik itu ditinjau dari segi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan.

Pengembangan pariwisata yang tidak direncanakan, akan dapat menimbulkan masalah-masalah sosial dan budaya, terutama di daerah atau tempat di mana terdapat perbedaan tingkat sosialnya antara pendatang dan penduduk setempat. Sebagai akibat tingkah laku penduduk yang suka meniru seperti apa yang dilakukan wisatawan asing tanpa mengetahui latar belakang kebudayaan wisatawan asing yang ditirunya. Suatu perencanaan dan pertumbuhan pembangunan yang tidak direncanakan akan mengakibatkan degradasi atau penurunan daya tarik suatu atraksi wisata, bahkan dapat menjurus kepada kerusakan lingkungan. 

Merencanakan sesuatu bila dilakukan dengan baik tentu akan memberikan manfaat dan dapat pula memperkecil semua efek yang tidak menguntungkan. Karena itu pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata sebagai suatu industri agar perkembangan industri pariwisata sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki, baik itu ditinjau dari segi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup.

Kita semua menyadari bahwa pengembangan pariwisata sebagai suatu industri diperlukan biaya yang besar, seperti; perbaikan jembatan dan jalan menuju obyek wisata, pengembangan hotel dengan segala fasilitasnya, angkutan wisata (darat, laut, dan udara) yang harus dibangun, penyediaan air bersih yang harus diciptakan dengan baik, sarana komunikasi yang teratur yang perlu diadakan, bahkan pendidikan karyawan yang profesional dalam bidangnya. Semuanya itu memerlukan biaya yang tidak sedikit dan agar uang tidak dihamburkan sia-sia, maka suatu perencanaan yang matang mutlak diperlukan.

Pertumbuhan kepariwisataan yang tidak terkendali sebagai akibat dari perencanaan yang tidak baik, pasti akan menimbulkan dampak yang tidak baik dan tentunya akan tidak menguntungkan semua pihak. Misalnya saja bangunan hotel yang menjulang tinggi, poster iklan yang merusak pemandangan dan lingkungan, pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, pengotoran pantai yang tidak terkendali sebagai akibat banyaknya wisatawan yang berkunjung, semuanya dapat saja terjadi sebagai akibat dari perencanaan yang tidak baik.

Dengan kata lain, pengembangan pariwisata yang tidak direncanakan akan menimbulkan masalah-masalah sosial dan budaya, terutama di daerah atau tempat di mana terdapat perbedaan tingkat social antara pendatang dan penduduk setempat. Hal itu terjadi akibat tingkah laku penduduk yang suka meniru seperti apa yang dilakukan wisatawan asing tanpa mengetahui latar belakang kebudayaan wisatawan asing yang ditirunya.

Hal yang serupa ini jika terjadi akan dapat menimbulkan masalah-masalah sosial seperti hilangnya kepribadian, mundurnya kualitas kesenian tradisional, menurunnya kualitas barang-barang kerajinan, pencemaran pada candi-candi dan monumen yang menjadi obyek wisata atau menurunnya moral kaum muda dengan adanya kebebasan melakukan sesuatu.Oleh karena itu, pengembangan pariwisata sebagai suatu industry perlu dipertimbangkan dalam segala aspek (tanpa terkecuali) karena pariwisata sebagai suatu industri tidak dapat berdiri sendiri, pariwisata berkaitan erat dengan sektor-sektor lainnya, seperti sektor ekonomi, sosial, dan budaya yang hidup dalam masyarakat. Apabila pengembangan pariwisata tidak terarah dan tidak direncanakan dengan matang, maka bukan manfaat yang akan diperoleh, melainkan perbenturan sosial, kebudayaan, kepentingan yang akan menyebabkan kualitas pelayanan kepada wisatawan pun menjadi rendah dan selanjutnya akan mematikan usaha-usaha yang telah lama dibina dengan susah payah.

Hal yang semacam ini tentu tidak diinginkan untuk terjadi, malah sebaliknya kita harus menghindari hal demikian sedini mungkin. Caranya dengan membuat perencanaan yang terpadu dan sejalan dengan perencanaan perekonomian negara secara keseluruhan. Dengan perkataan lain, pengembangan pariwisata harus sejalan dengan pembangunan nasional seperti yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

Perencanaan pariwisata hendaknya harus sejalan dengan sasaran yang hendak dicapai. Keputusan pertama yang harus diambil oleh suatu daerah ialah; apakah sudah ada kesepakatan di antara pemuka/pejabat setempat bahwa daerah itu akan dikembangkan menjadi suatu obyek wisata atau suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW), dan apakah manfaat serta keuntungan langsung bagi penduduk sekitar DTW sehingga pengembangan pariwisata selanjutnya akan mendapat dukungan dari masyarakat banyak.

Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata adalah:

    Wisatawan (tourist); sebagai seorang perencana, kita harus tahu terlebih dahulu (melalui penelitian atau observasi) mengenai karakteristik wisatawan yang diharapkan akan datang (target pasar yang dikehendaki)n misalnya dari daerah atau negara asal wisatawan, usia muda atau tua, berpenghasilan besar atau kecil, pola perjalanan, apa motivasi melakukan pariwisata, lama tinggal atau waktu kunjungan dilakukan.
    Pengangkutan (transportations); seorang perencana harus melakukan penelitian lebih dahulu, bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia atau dapat digunakan, baik untuk membawa wisatawan dari daerah atau negara asalnya maupun transportasi menuju ke DTW yang dikehendaki. Selain itu, bagaimana pula transportasi lokal jika melakukan perjalanan wisata di DTW yang sedang dikunjungi tersebut.
    Atraksi/obyek wisata (atractions); bagaimana obyek wisata/atraksi akan dijual, apakah memenuhi tiga syarat “seperti apa yang dilihat” (something to see), “apa yang dapat dilakukan” (something to do), “apa yang dapat dibeli” (something to buy) di DTW yang dikunjungi.
    Fasilitas pelayanan (services fasilities); fasilitas apa saja yang tersedia di DTW tersebut, bagaimana akomodasi perhotelan yang ada, restoran, pelayanan umum seperti bank/money changers, kantor pos, telepon/teleks/faksimili di DTW yang akan dikunjungi wisatawan.
    Informasi dan promosi (informations); calon wisatawan perlu memperoleh informasi tentang DTW yang akan dikunjunginya. Untuk itu perlu dipikirkan cara-cara publikasi atau promosi yang akan dilakukan. Kapan iklan harus dipasang, kemana leaflets/brochures harus disebarkan, sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata yang akan kita jual sehingga calon wisatawan lebih cepat mengambil keputusan, berangkat atau tidak ke DTW yang ditawarkan tersebut.

Pada dasarnya perencanaan dirmaksud untuk memberikan batasan tentang tujuan yang hendak dicapai dan menentukan cara-cara mencapai tujuan yang dimaksudkan tersebut. Jadi perencanaan merupakan predeterminasi dari tujuan-tujuan yang bersifat produktif secara sistematis dengan menggunakan alat-alat, metode dan prosedur yang perlu untuk mencapai tujuan yang dianggap paling ekonomis. Bila kita rinci pengertian tersebut di atas, maka dalam batasan perencanaan terdapat unsur:

    Suatu pandangan jauh ke depan.
    Merumuskan secara konkret apa yang hendak dicapai dengan menggunakan alat-alat secara efektif dan ekonomis.
    Menggunakan koordinasi dalam pelaksanaannya.

Menurut G.R. Terry dalam bukunya Principles of Management yang disadur oleh Dr. Winardi keuntungan-keuntungan dari sebuah perencanaan adalah:

    Planning menyebabkan aktivitas dilakukan secara teratur dan dengan tujuan tertentu.
    Planning meminimalisir pekerjaan yang tidak produktif.
    Planning membantu penggunaan suatu alat pengukur mengenai hasil yang akan dicapai.
    Ada pendapat yang menyatakan bahwa planning menyebabkan penggunaan fasilitas-fasilitas yang ada menjadi lebih baik lagi.
    Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa planning menyebabkan fasilitas-fasilitas yang ada dipergunakan secara lengkap.
    Planning juga memberikan suatu keadaan untuk pengawasan (waktu-waktu tertentu serta menyelesaikan setiap aktivitas-aktivitas).

Pariwisata masa kini tidak hanya terkait dalam batas-batas wilayah dalam skala tertentu. Pariwisata pada masa kini menjadi sangat khas karena melibatkan paduan budaya dan bentang alam sehingga melibatkan seluruh pihak untuk terkait didalamnya. Diantaranya ada pemerintah, swasta dan masyarakat lokal. Dalam pelaksanaannya ketiga unsur ini saling  melengkapi di mana pemerintah sebagai penyelenggara dan pihak swasta sebagai media perantara untuk menyampaikan produk wisata. Sedangkan masyarakat lokal adalah unsur penting yang terlibat dalam kepemerintahan atau pihak swasta pun tidak dapat berdiri sendiri sehingga dalam penyelenggaraan pariwisata pemerintah dan swasta secara bersama-sama dapat mendayagunakan komunitas dan masyarakat lokal untuk menjadi pelaksana kegiatan pariwisata. Berikut ini gambar mengenai kompleksitas pariwisata dan sistem pariwisata.

Lima hal yang harus diperhatikan dalam pariwisata berkelanjutan menurut konsep Muller (1997) yaitu:

    pertumbuhan ekonomi yang sehat,
    kesejahteraan masyarakat lokal,
    tidak merubah struktur alam dan melindungi sumber daya alam,
    kebudayaan masyarakat yang tumbuh secara sehat,
    memaksimalkan kepuasan wisatawan dengan memberikan pelayanan yang baik karena wisatawan pada umumnya mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.

Teori siklus hidup destinasi wisata yang dikemukakan oleh Butler pada tahun 1980 yang dikenal dengan Tourism Area Life Cycle (TALC). Siklus hidup destinasi wisata yang dikemukan oleh Butler (1980) terbagi menjadi tujuh tahap, yaitu:

    Tahap exploration yang berkaitan dengan discovery yaitu suatu tempat sebagai potensi wisata baru ditemukan baik oleh wisatawan, pelaku pariwisata, maupun pemerintah, biasanya jumlah pengunjung sedikit, wisatawan tertarik pada daerah yang belum tercemar dan sepi, lokasinya sulit dicapai namun diminati oleh sejumlah kecil wisatawan yang justru menjadi minat karena belum ramai dikunjungi.
    Tahap involvement disebut dengan tahap keterlibatan. Pada fase ini, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mengakibatkan sebagian masyarakat lokal mulai menyediakan berbagai fasilitas yang memang khusus diperuntukkan bagi wisatawan. Kontak antara wisatawan dengan masyarakat lokal masih tinggi dan masyarakat mulai mengubah pola-pola sosial yang ada untuk merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Disinilah mulai suatu daerah menjadi suatu destinasi wisata yang ditandai oleh mulai adanya promosi.
    Tahap development disebut dengan tahap pembangunan. Pada fase ini, investasi dari luar mulai masuk serta mulai munculnya pasar wisata secara sistematis. Daerah semakin terbuka secara fisik, advertensi (promosi) semakin intensif, fasilitas lokal sudah tersisih atau digantikan oleh fasilitas yang benar-benar touristic dengan standar internasional, dan atraksi buatan sudah mulai dikembangkan untuk menambahkan atraksi yang asli alami. Berbagai barang dan jasa impor menjadi keharusan termasuk tenaga kerja asing untuk mendukung perkembangan pariwisata yang pesat.
    Tahap consolidation (konsolidasi). Pada fase ini, peristiwa sudah dominan dalam struktur ekonomi daerah dan dominasi ekonomi ini dipegang oleh jaringan internasional atau major chains and franchise. Jumlah kunjungan wisatawan masih naik tetapi pada tingkat yang lebih rendah. Pemasaran semakin gencar dan diperluas untuk mengisi berbagai fasilitas yang sudah dibangun. Fasilitas lama sudah mulai ditinggalkan.
    Tahap stagnation (stagnasi). Pada fase ini, kapasitas berbagai faktor sudah terlampaui di atas daya dukung sehingga menimbulkan masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kalangan industri sudah mulai bekerja berat untuk memenuhi kapasitas dari fasilitas yang dimiliki khususnya dengan mengharapkan repeater guests atau wisata konvensi/bisnis. Selain itu, atraksi buatan sudah mendominasi atraksi asli alami (baik budaya maupun alam), citra awal sudah mulai meluntur, dan destinasi sudah tidak lagi populer.
    Tahap decline (penurunan). Pada fase ini, wisatawan sudah beralih ke destinasi wisata baru dan yang tinggal hanya ‘sia-sia’, khususnya wisatawan yang hanya berakhir pekan. Banyak fasilitas pariwisata sudah berlatih atau dialihkan fungsinya untuk kegiatan non-pariwisata, sehingga destinasi semakin tidak menarik bagi wisatawan. Partisipasi lokal mungkin meningkat lagi terkait dengan harga yang merosot turun dengan melemahnya pasar. Destinasi dapat berkembang menjadi destinasi kelas rendah (a tourism slum) atau sama sekali secara total kehilangan diri sebagai destinasi wisata.
    Tahap rejuvenation (peremajaan). Pada fase ini, perubahan secara dramatis dapat terjadi (sebagai hasil dari berbagai usaha dari berbagai pihak) menuju perbaikan atau peremajaan. Peremajaan ini dapat terjadi karena adanya inovasi dalam pengembangan produk baru dan menggali atau memanfaatkan sumber daya alam dan budaya yang sebelumnya belum dimanfaatkan.

Konsekuensi dari adanya perbedaan karakteristik dalam pembangunan atau perkembangan pariwisata menuntut seorang perencana pariwisata untuk selalu mencermati bentuk keterkaitan antara komponen kepariwisataan dengan karakteristik komponen lingkungan untuk menentukan lingkup pekerjaan.

Perencanaan biasanya dapat membantu meminimalkan konflik yang terjadi berkaitan dengan penggunaan tanah atau sumber daya lainnya (Glaria and Cenal, 1990). Diperlukannya sebuah perencanaan dapat juga dikaitkan dengan perkembangan wilayah dan/atau perkembangan kota. Kebutuhan ini terutama dirasakan setelah perkembangan fisik industri atau usaha kepariwisataan, khususnya hotel yang teraglomerasi di lokasi-lokasi tertentu, menyebabkan permasalahan pada skala yang lebih luas.

Dalam perencanaan termasuk perencanaan kepariwisataan perlu dipahami perihal kebutuhan di satu sisi serta pemahaman cara pemenuhan kebutuhan tersebut di sisi lain. Memahami bahwa pariwisata mencakup aspek yang amat luas dan rencana tata ruang wilayah sebagai suatu konsep penataan ruang kegiatan, maka kebutuhan akan rencana pariwisata yang komprehensif dirasakan sebagai suatu keharusan. Rencana pariwisata bukan sekedar menyangkut kebutuhan akan akomodasi, mendandani obyek wisata atau membangun obyek rekaan, melainkan harus menjadi satu kesatuan yang terpadu dengan rencana umum tata ruang wilayah; dan sebaliknya, rencana tata ruang wilayah tidak dapat mengabaikan unsur ‘suka’ yang paling tidak adalah kebutuhan akan rekreasi dan lebih luas adalah kebutuhan akan pariwisata.

Pengaruh dari kurangnya perencanaan dalam sebuah organisasi telah didokumentasikan dalam berbagai literatur, pengaruhnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

    Pengaruh fisik; kerusakan atau perubahan tetap sekitar fisik, kerusakan atau perubahan tetap dalam sejarah/kebudayaan, kekumuhan dan keterbatasan, polusi, serta masalah-masalah lalu lintas.
    Pengaruh manusia; kurangnya penerimaan dalam pelayanan dan atraksi-atraksi lokal yang mengecewakan para turis, kidaksukaan para turis pada bagian tempat mereka tinggal, hilangnya identitas budaya, kurangnya pendidikan para pekerja kepariwisataan dalam hal keterampilan dan penerimaan tamu, serta kurang sadar akan keuntungan-keuntungan pariwisata untuk daerah tujuan wisata.
    Pengaruh organisasi; lemahnya pendekatan pemasaran dan pengembangan pariwisata, kurangnya kerjasama diantara operator, tidak selarasnya gambaran dari ketertarikan pariwisata, kurangnya dorongan dari pejabat daerah, serta tidak adanya tindakan atas isu-isu penting, masalah-masalah dan kesempatan dari ketertarikan masyarakat pada umumnya.
    Pengaruh lain; tidak selarasnya isyarat-isyarat, kurang cukupnya atraksi-atraksi dan even-even wisata, musim yang tinggi dan pendeknya jangka tinggal, miskinnya atau menekan kualitas dari fasilitas dan pelayanan, serta miskinnya atau tidak selarasnya informasi perjalanan.

 TUGAS ANDA: 

  1. Buatlah Kelompok untuk membuat presentasi terkait dengan Pariwisata Berkelanjutan pada sebuah destinasi wisata
  2. Kaitkan dengan prinsip pengelolaan pariwisata berkelanjutan 
  3. Isi presentasi:
 a. Latar belakang Penulisan
b. Profil destinasi
c. Permasalahan terkait dengan pengelolaan pariwisata berkelanjutan
c. Prinsip pariwisata berkelanjutan yang sudah diterapkan
d. Analisis anda terkait penerapan tersebut
e. Kesimpulan dan usulan anda

Usahakan power point yang ada tidak lebih dari 15 slide.


Jumat, 04 April 2014

Kuliah Ekonomi Pariwisata - kuliah 5 - STP Sahid Sudirman (Hotel)

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh suatu masyarakat atau negara menunjukkan bahwa kegiatan permintaan dan penawaran sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga barang yang berlaku. Dengan demikian perubahan harga akan memengaruhi besarnya jumlah barang yang diminta (permintaan) dan jumlah barang yang ditawarkan (penawaran). Seberapa besar pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang dapat dihitung dengan menggunakan rumus elastisitas.
Wawasan Ekonomi
Harga adalah nilai barang yang ditentukan dengan uang atau alat tukar lain yang senilai, yang harus dibayarkan untuk barang dan jasa pada waktu tertentu di pasar tertentu.
1.       Definisi Elastisitas

Elastisitas (pemuluran) adalah pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang yang diminta atau yang ditawarkan. Dengan kata lain elastisitas adalah tingkat kepekaan (perubahan) suatu gejala ekonomi terhadap perubahan gejala ekonomi yang lain.

Elastisitas terbagi dalam tiga macam, yaitu sebagai berikut.

a. Elastisitas harga (price elasticity) yaitu persentase perubahan jumlah barang yang diminta atau yang ditawarkan, yang disebabkan oleh persentase perubahan harga barang tersebut.

b. Elastisitas silang (cross elasticity) adalah persentase perubahan jumlah barang x yang diminta, yang disebabkan oleh persentase perubahan harga barang lain (y).

c. Elastisitas pendapatan (income elasticity) yaitu persentase perubahan permintaan akan suatu barang yang diakibatkan oleh persentase perubahan pendapatan (income) riil konsumen.
2.       Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan (elasticity of demand) adalah pengaruh perubahan harga terhadap besar kecilnya jumlah barang yang diminta atau tingkat kepekaan perubahan jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang. Sedangkan besar kecilnya perubahan tersebut dinyatakan dalam koefisien elastisitas atau angka elastisitas yang disingkat E, yang dinyatakan dengan rumus berikut ini.
Tugas 1. Carilah Rumus Elastisitas permintaan 

Tugas 2.  Jenis jenis Elastisitas Permintaan


.       Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaraan (elasticity of supply) adalah pengaruh perubahan harga terhadap besar kecilnya jumlah barang yang ditawarkan atau tingkat kepekaan perubahan jumlah barang yang ditawarkan terhadap perubahan harga barang. Adapun yang dimaksud koefisien elastisitas penawaran adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara perubahan jumlah barang yang ditawarkan dengan perubahan harganya. Besar kecilnya koefisien elastisitas penawaran dapat dihitung dapat dengan rumus sebagai berkut.

Tugas 3. Berikan rumus dari elastisitas penawaran

Tugas 4. Jelaskan macam macam Elastisitas Penawaran


Bacalah konsepelastisitas di atas, beri komentar dalam kolom comment di bawah ini sebagai bukti presensi anda

Tugas dikumpulkan paling lambat Kamis, 10 April 2014, pukul 23.59 viaemail: susiana64 @ gmail. com







Kamis, 03 April 2014

Ekonomi Pariwisata - Kelas UPW - STP Sudirman

  1. 1.       Jelaskanlah yang dimaksud dengan 10 prinsip ekonomi, dan pada saat  kapan suatu barang disebut barang ekonomi
  2. 2.       Jelaskanlah pernyataan mengapa pariwisata bisa menurunkan dan juga menaikkan surplus pembayaran suatu negara? Apa saja tindakan yang perlu diambil untuk mengurangi defisit neraca wisatawan?
  3. 3.       Wisatawan asing yang mengunjungi destinasi wisata Derawan pada tahun 2014 telah membelanjakan  $ 125000 , berapa dampak yang dirasakan oleh daerah tersebut jika diketahui faktor MPC nya adalah 0,65 , berikan penjelasannya
Jawaban dikirim via email ke susiana64@gmail.com


hari Selasa, 8 April 2014 plg lambat pukul 23.59

Kuliah 4-5 Komunikasi antar budaya - UPW - Kelas Sudirman

Kuliah 4: Budaya dan Kebudayaan

Unsur Budaya:
1. Norma : standar perilaku yang berlaku dalam suatu masyarakat/kelompok budaya
2. Nilai   : keputusan moral tentang sesuatu, baik , buruk, patut tidak patut
3. Kepercayaan (belief): Gejala intelektual tentang sesuatu yang terkait dengan lingkungan
4. Bahasa: kodifikasi atau simbol dalam melakukan komunikasi
 

Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

* Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

* Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

* Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Komponen

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama: (Hebling & Glick)

* Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

* Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Hubungan antara unsur-unsur kebudayaan

Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:

Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.

Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:

* alat-alat produktif
* senjata
* wadah
* alat-alat menyalakan api
* makanan
* pakaian
* tempat berlindung dan perumahan
* alat-alat transportasi

Sistem mata pencaharian hidup

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:

* berburu dan meramu
* beternak
* bercocok tanam di ladang
* menangkap ikan

Sistem kekerabatan dan organisasi sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.

Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuna, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

Cara pandang terhadap kebudayaan
Kebudayaan sebagai peradaban

Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan "budaya" yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan kata dari "alam". Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.

Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang "elit" seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang "berkelas", elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah "berkebudayaan".

Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang "berkebudayaan" disebut sebagai orang yang "tidak berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang lain." Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih "alam," dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran "manusia alami" (human nature)

Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu 
berkebudayaan dan tidak berkebudayaan— dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia. Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang alami" (natural way of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.

Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama 
— masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.

Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum"

Selama Era Romantis, para cendikiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme 
— seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria — mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam "sudut pandang umum". Pemikiran ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan antara "berkebudayaan" dengan "tidak berkebudayaan" atau kebudayaan "primitif."

Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi, mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.

Pada tahun 50-an, subkebudayaan 
— kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda dari kebudayaan induknya — mulai dijadikan subyek penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad ini pula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan - perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja organisasi atau tempat bekerja.

Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi

Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran bersama dalam 
suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.

Beri comment anda terkait dengan tulisan di atas, sebagai penanda absensi, dan kirimkan jawaban pertanyaan di bawah ini dalam bentuk MsWord


Dari tulisan di atas, jawablah pertanyaan berikut:



1.Apa yang dimaksud dengan menjadi manusia antar budaya? Mengapa hal itu penting untuk  
dipelajari?
2.Jelaskan tentang apa yang dimaksud dengan komunikasi menurut model Laswell dan  
bedakan dengan model dari Schramm
3.Apa yang dimaksud dengan budaya? Menurut Hebling dan Glick, apa yang dimaksud dengan  
unsur material dan non material
4.Jelaskan perbedaan antara norma, nilai dan kepercayaan

jawaban agar dikirimkan ke susiana64@gmail,com,paling lambat Selasa, 8 April 2014  pukul 23.59

FRONT OFFICE SERVICE - PENGANTAR HOSPITALITAS - KELAS ROXY

Peranan dan Fungsi Kantor Depan Hotel -  Kantor depan adalah salah satu departement di dalam sebuah hotel, Kantor Depan adalah cermin dari kualitas hotel untuk pertama kali bagi tamu saat memasuki suatu Hotel, untuk itu kesiapan, kesigapan, ketepatan serta kemampuan semua karyawan di bagian kantor depan dalam menjalankan fungsi tugas dan tanggung jawabnya sangatlah menentukan dalam memberikan impresi baik maupun kurang baik atau buruk pada para tamu Hotel sebelum para tamu tersebut mendapatkan pelayanan dan pengalaman yang lainnya saat mereka dating untuk menginap maupun tidak di suatu Hotel.


Ingat ada dorongan motivasi berupa slogan bagi karyawan kantor depan sebagai berikut:
 “We Do Not have a Second Chance To Give Good Impression To Our Guests” (Kita tidak pernah mendapatkan kesempatan kedua untuk memberikan impresi yang baik kepada para tamu kita).

Kantor depan hotel(front office) secara operasional berhubungan dengan tamu dan area kerjanya tidak jauh dari lobby, daerah yang paling ramai hilir mudik tamunya, oleh sebab itu bagian ini disebut dengan bagian front office. Kantor depan hotel merupakan salah satu bagian dari hotel yang paling penting dalam hal mewujudkan tujuan yang akan dicapai oleh hotel. Tujuan dari kantor depan hotel adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan tingkat hunian kamar serta pendapatan hotel dari tahun ke tahun
2. Meningkatkan jumlah tamu langganan
3. Memenuhi kebutuhan dan kepuasan tamu secara baik, tepat dan cepat kepada tamu
4. Membentuk citra hotel yang positif Kantor depan hotel memiliki fungsi dalam mewujudkan tujuan dari hotel, fungsi tersebut dilakukan oleh petugas kantor depan sehari-hari, adapun fungsi-fungsi tersebut adalah:

a. Menjual kamar, kegiatan yang dilakukan antara lain: menerima pemesanan kamar, melakukan pendaftaran tamu, memblok kamar
b. Memberikan informasi mengenai seluruh produk, fasilitas, pelayanan dan aktivitas yang ada di hotel maupun diluar hotel
c. Mengkoordinasikan kepada bagian lain yang terkait dalam rangka memenuhi keinginan tamu serta memberikan pelayanan yang maksimal
d. Melaporkan status kamar yang terkini
e. Mencatat, memeriksa pembayaran tamu serta menangani rekening tamu
f. Membuat laporan yang dibutuhan oleh hotel
g. Memberikan pelayanan telekomunikasi untuk tamu
h. Memberikan pelayanan barang bawaan tamu
i. Menyelesaikan keluhan tamu

Selain mempunyai fungsi yang penting, front office juga berperan penting dalam hal pelayanan dan pencapaian tujuan hotel yakni memberikan pelayanan yang diharapkan oleh tamu, membentuk citra hotel dan pendapatan yang maksimal. Peranan itu antara lain:

a. Pemberi informasi
Petugas kantor depan diharapkan mampu memberikan informasi yang jelas, benar dan cepat tentang produk, fasilitas, aktivitas, pelayanan yang ada di hotel maupun di luar hotel, informasi yang diberikan tidak hanya terbatas untuk tamu tetapi informasi yang dibutuhkan oleh kolega/teman sejawat lainnya.

b. Penjual(sales person)
Petugas kantor depan diharuskan mempunyai jiwa menjual, selain dikarenakan fungsi utama menjual produk hotel, bagian ini adalah bagian yang sering berhubungan langsung dengan tamu hotel.

c. Wakil manajemen
Petugas kantor depan dalam keadaan tertentu dapat berperan sebagai wakil manajemen untuk mengatasi/menyelesaikan masalah yang timbul di luar jam kerja manajemen.

d. Penyimpan data
Sumber data kegiatan hotel banyak berasal dari laporan yang dibuat oleh petugas kantor depan dan penyimpanan data tersebut juga di bagian kantor depan, oleh sebab itu data yang dibuat dan disimpan harus selalu terkini, sehingga manajemen dapat membuat keputusan dan kebijakan yang tepat untuk masa yang akan datang.

e. Diplomatis
Petugas kantor depan pada situasi dan kondisi tertentu diharapkan mampu melakukan tindakan secara diplomatis sehingga dapat menjaga hubungan yang baik dengan tamu dan pihak lain.

f. Pemecah masalah
Petugas kantor depan diharapkan dapat memecahkan masalah yang dialami oleh tamu, tak terkecuali masalah yang berasal dari bagian lain.

g. Humas (public relation)

Petugas kantor depan berperan secara baik, aktif dalam berhubungan dengan tamu dan masyarakat sekitar agar terjadi hubungan yang harmonis dan berdampak pada pembentukan citra hotel yang baik.

Sebagai tanda anda hadir, agar memberi respon di kolom komentar , kemudian jawab pertanyaan di bawah ini:

Tugas anda:
1. Sebut dan Jelaskan deskripsi pekerjaan  beberapa  bagian di organisasi kantor depan sebuah hotel (contoh:  FO Manager, Bell Captain, Concierge...dsb) yang anda ketahui
2.Apakah tugas kantor depan ini hanya berlaku di hotel, atau bisa juga diterapkan di institusi lain dalam duania pariwisata? jelaskanlah

Tugas diketik  dan dikoirimkan paling lambat Minggu, 6 April 2014, pukul 12.00 siang
selamat menegerjakan

Jumat, 28 Maret 2014

Kuliah Online Ekonomi Pariwisata Kelas Sudriman - STPSahid

TUGAS MANDIRI


  1. 1.       Jelaskanlah yang dimaksud dengan 10 prinsip ekonomi, dan pada saat  kapan suatu barang disebut barang ekonomi
  2. 2.       Jelaskanlah pernyataan mengapa pariwisata bisa menurunkan dan juga menaikkan surplus pembayaran suatu negara? Apa saja tindakan yang perlu diambil untuk mengurangi defisit neraca wisatawan?
  3. 3.       Wisatawan asing yang mengunjungi destinasi wisata Derawan pada tahun 2014 telah membelanjakan  $ 125000 , berapa dampak yang dirasakan oleh daerah tersebut jika diketahui faktor MPCnya adalah 0,65 , berikan penjelasannya
Jawaban dikirim via email ke susiana64@gmail.com
hari Selasa, 1 April 2013 plg lambat pukul 23.59