Rabu, 25 April 2012

Kuliah 10 Komunikasi antar budaya-stp sahid eksekutif & Kelas Hotel Pd Cabe


Kuliah 10
Fenomena
Fenomena komunikasi antara komunitas  berbeda budaya semakin rumit, sejalan dengan semakin beragamnya konsep diri, minat, kepentingan, gaya hidup, kelompok rujukan, sistem kepercayaan dan nilai yang berkembang. Walaupun memiliki budaya yang sama, tapi dalam suatu komunitas yang terdiri dari beberapa ras, pasti ada perbedaan atau secara tidak sadar, perbedaan itu dimunculkan dan akhirnya menjadi suatu prasangka. Dari prasangka-prasangka inilah akhirnya selalu terjadi terjemahan informasi yang salah.

Banyak fenomena komunikasi yang mungkin atau bahkan sering kita alami, baik secara sadar atau tidak sadar. Ketika kita berada di suatu budaya yang berbeda, ini akan sangat terasa. Saya akan menceritakan beberapa fenomena komunikasi yang pernah saya alami, khususnya dari segi bahasa yang akhirnya menimbulkan prasangka lain.

Di Bandung, kalau kita tidak bisa berbahasa Sunda, maka kita akan menjadi sasaran empuk sopir angkutan kota (angkot). Waktu pertama kali saya berada di Bandung (3 tahun yang lalu), saya sering mendapat perlakuan yang tidak adil dari hampir semua sopir angkot yang angkotnya pernah saya tumpangi dalam hal ongkos/biaya yang harus saya bayar dengan jarak yang saya tempuh. Ketika saya turun dari angkot dan saya membayar ongkos dengan tidak menggunakan uang pas, maka ongkos yang seharusnya Rp 2.000,- dalam sekejab akan berubah menjadi Rp 3.000,-

Berbeda dengan di Yogyakarta. Di Yogyakarta, ketika berbelanja di Malioboro dan menawar barang dengan berbahasa Indonesia dan logat yang sedikit berbeda, maka harga barang yang seharusnya 15 ribu akan berubah menjadi 30 ribu. Perbedaan yang cukup drastis.

Warna kulit juga merupakan salah satu perbedaan yang sangat mencolok di suatu daerah berbeda. Waktu saya masih berdomisili di Yogyakarta, ketika berbelanja di warung yang sedang ramai, maka hukum ras akan sangat berlaku. Walaupun kita sudah antri 1 jam, jika kita bukan orang pribumi (warna kulit sedikit gelap) yang berkulit "sawo matang", maka kita akan menjadi orang terakhir untuk dilayani. Dalam mencari kost-kost-an pun demikian.

Ini adalah pengalaman teman kost saya (waktu masih di Yogyakarta) yang berasal dari Batak. Dia bercerita bahwa ketika tiba di Yogyakarta, dia sangat kesulitan dalam mencari kost-an. Walaupun di depan pintu ada tulisan "TERIMA KOST PUTRI", tetapi ketika ibu kost-nya keluar dan mendengarkan logat Batak-nya yang kental, tanpa basa basi, pemilik kost-an tersebut langsung mengatakan bahwa semua kamar sudah penuh. Bahkan ada yang dengan jujur mengatakan "Kamu orang Batak ya? Maaf, di sini tidak menerima orang Batak karena orang Batak hanya bisa membuat keributan". Dia sangat putus asa, tapi akhirnya ada temannya (orang Jawa) yang berhasil meyakinkan salah satu pemilik kost dan akhirnya mau menerima dia. Sungguh perjuangan yang luar biasa, dan perbedaab yang luar biasa pula.

Pengalaman yang menunjukkan tentang komunikasi antar budaya yang menimbulkan prasangka juga dapat kita lihat dalam film "How Biased are You" (belum pernah nonton? Buruan cari filmnya selagi masih ada). Dalam film ini terlihat begitu banyak perbedaan antara orang berkulit hitam dan orang berkulit putih walaupun memiliki budaya yang kurang lebih sama. Dalam melakukan banyak hal, orang kulit putih lebih diutamaka/didahulukan dibanding orang kulit hitam. Bahkan secara tidak langsung, ketika melakukan tes pada beberapa orang berkulit putih dan berkulit hitam, keduanya lebih berpihak pada orang berkulit putih.

Perbedaan mungkin kita anggap biasa dan wajar-wajar saja, tetapi tanpa kita sadari perbedaan membuat kita menjadi egois dan bahkan secara perlahan tapi pasti membawa kita pada kehancuran. Kita akan mulai kehilangan EMPATI pada orang lain jika perbedaan itu terus kita pertahankan dan kita biarkan menghantui kita.

Seperti yang ada dalam film "Haw Biased are You", dalam tes yag diberikan kepada beberapa orang berkulit hitam, tanpa mereka sadari, mereka sudah lebih berpihak pada orang berkulit putih. Mereka sendiri mengakui bahwa sebenarnya dari lubuk hati mereka yang paling dalam tidak seperti itu. Lalu faktor apa yang menyebabkan hal ini bisa terjadi? Mengapa hasil tes tersebut bisa berbeda dengan pengakuan mereka? Itu artinya perbedaan tersebut bisa dihilangkan. Berikut beberapa teori yang berkaitan dengan masalah ini.

Kerangka Teori
Cara kita berpikir dapat terkondisikan secara kultural. Budaya-budaya Timur melukiskan sesuatu dengan visualisasi-visualisasi, sedangkan budaya Barat cenderung menggunakan konsep-konsep.

Pada dasarnya manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Kebiasaan-kebiasaan, praktik-praktik, tradisi-tradisi untuk terus hidup dan berkembang diwariskan dari suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu.

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu. Budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh sebagian orang lainnya - budaya dimiliki oleh semua manusia dan dengan demikian merupakan suatu faktor pemersatu. Budaya juga merupakan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan, sifat-sifat perilaku dipejari yang juga ada pada anggota-anggota dalam suatu kelompok sosial dan berwujud dalam lembaga-lembaga dan artefak-artefak mereka.

Kaidah emas menyuruh kita memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan oleh mereka. Dalam kaidah ini terkandung asumsi kesamaan: bahwa orang lain seperti diri kita dan karena ia ingin diperlakukan sama. Kesamaan mengandung makna realitas yang tunggal dan mutlak, dan pemikiran seperti itu adalah dasar etnosentrisme.Kaidah emas membawa kita pada strategi komunikasi simpati; yakni menganggap orang lain berpikir dan merasa seperti kita dalam menghadapi situasi yang sama.

Untuk mengatasi Kaidah Emas, kita harus mengasumsikan adanya perbedaan diantara orang-orang dan adanya realitas ganda. Bila kita menggunakan prinsip ini, kita menggunakan strategi komunikasi empati; yakni secara imajinatif kita mengalami dunia dari perspektif orang lain. Kemampuan empati dapat dikembangkan dengan mengikuti enam langkah yang saling berkaitan. Berbeda dengan Kaidah Emas, komunikasi empati mendorong kepekaan interasial dan interkultural.

Kaidah Emas ini adalah puncak gunung es ideologi yang meghalangi perjalanan menuju pengertian interkultural dan perdamaian internasional. Kaidah Emas dan asumsi serta strategi yang menyertainya tidak efektif. Kita hanya ingin menyatakan bahwa keefektifan pendekatan ini sangat dibatasi perbedaan manusiawi.

Berlawanan dengan asumsi bahwa semua orang pada pokoknya sama, kita dapat mengasumsikan bahwa setiap orang pada hakikatnnya unik. Teori ini dapat kita sebut sebagai "hipotesis serpihan salju". Bila kita melihat kesamaan yang tampak lebih secara lebih dekat, kita akan melihat keanekaragaman yang hampir tidak terbayangkan. Pengamatan manusia yang lebih cermat juga mengungkapkan keanekaragaman seperti ini. Jelaslah bagi kita bahwa kategori yang kita gunakan untuk mengasumsikan adalah generalisasi yang dibuat dari jauh - dari jarak yang dilestarikan oleh abstraksi seperti Kaidah Emas.

Jika kita menolak kaidah emas untuk menolak perbedaan, keanekaragaman karakteristik manusia yang mempesona segera tampak. Bukan saja perbedaan itu nyata dalam bahasa dan budaya, tetapi juga dapat diamati dalam tingkat fisiologis. Seperti serpihan salju, orang berbeda dalam sidik jarinya, pola gelombang otak, pola suara, dan komposisi lainnya. Disamping perbedaan bahasa dan budaya pada suatu sisi dan perbedaan fisiologis pada sisi yang lain, orang juga berbeda secara individual dalam pola psikologisnya.

Asumsi perbedaan konsisten dengan teori realaitas majemuk. Teori-teori ini berpendapat, seperti konstruk personal, bahwa realitas bukanlah kuantitas yang tepat dan dapat ditemukan. Realitas adalah kualitas yang berubah-ubah dan dapat diciptakan. Dalam filsafat, pandangan ini diwakili oleh fenomenologi dan berbagai sistem neofenologis yang sekarang ini meneliti implikasi filosofis dari fisika modern. Yang paling penting dari teori-teori ini adalah relativitas kerangka rujukan.

Strategi komunikasi yang paling tepat dengan realitas majemuk dan asumsi perbedaan adalah empati. Seperti simpati, istilah ini juga dugunakan dalam arti bermacam-macam. Dalam penggunaan sehari-hari, empati sering didefinisikan sebagai berada pada posisi orang lain; sebagai simpati yang dalam; sebagai kepekaanan kepada kebahagiaan bukan kesedihan; dan sebagai sinonim langsung dari simpati.

Begitu meluasnya kaidah emas ini sehingga hanyalah usaha terpadu yang dapat menghilangkan pengaruhnya pada komunikasi kita. Enam langkah dalam prosedur ini menjadi petunjuk mengembangkan keterampilan empati. Setiap langkah adalah persyaratan yang diperlukan untuk langkah sebelumnya atau bila gagal bergerak dengan tepat. Bila prosedur ini diambil seluruhnya dan secara berurutan, maka prosedur ini mencerminkan pendekatan yang efektif untuk memahami perbedaan.
Langkah pertama: Mengasumsikan Perbedaan.
Langkah kedua: Mengenali Diri
Langkah ketiga: Menunda Diri
Langkah keempat: Melakukan Imajinasi Terbimbing
Langkah kelima: Membiarkan Pengalaman Empati
Langkah keenam: Meneguhkan Kembali Diri

Walaupun empati dapat digunakan dalam berbagai situasi komunikasi, dalam makalah ini kita hanya mencurahkan perhatian pada penggunaannya untuk memahami perbedaan. Sebagaimana ditunjukkan oleh konotasi simpati yang etnosentrik, yang disebut terdahulu, penggunaan empati dapat menciptakan iklim yang lebih sensitif dan terhormat untuk komunikasi interasial dan interkultural. Dengan empati, kita dapat mengatasi kaidah emas, dan menggantikannya dengan "Kaidah Platina": "Perlakukanlah orang lain seperti mereka memperlakukan diri mereka sendiri".

Pembahasan
Dalam kenyataan yang ada, baik di film "How Biased are You" maupun kisah nyata yang kita alami sendiri memperlihatkan bahwa komunikasi antar komunitas berbeda akan semakin rumit dengan perbedaan-perbedaan yang terlihat dan pernah kita alami. Tapi bukan berarti hal ini tidak bisa dihilangkan atau dihindari. Dengan mempelajari beberapa teori di atas, kita bisa memulai untuk me-manage perbedaan-perbedaan yang ada mulai dari dalam diri pribadi kita masing-masing.

Teori-teori yang ada bisa kita terapkan dalam kehidupan kita pribadi dengan tetap menyadari bahwa setiap budaya itu berbeda dan antara orang yang satu dengan yang lain pasti ada perbedaan dalam banyak hal, terutama perbedaan nilai-nilai yang dianut.

Kaidah emas menyuruh kita memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan oleh mereka. Dalam kaidah ini terkandung asumsi kesamaan: bahwa orang lain seperti diri kita dan karena ia ingin diperlakukan yang sama. Kesamaan mengandung makna realitas yang tunggal dan mutlak dan pemikiran seperti itu adalah dasar etnosentrisme. Kaidah emas membawa kita pada strategi komunikasi simpati; yakni menganggap orang lain berpikir dan merasa seperti kita dalam menghadapi situasi yang sama. Hal ini bisa membantu atau menolong kita dalam meminimalisir perbedaan. Ketika kita saling memahami, mengerti dan memperlakukan orang lain dengan sewajarnya, maka hal itupun yang akan kita terima.

Sekarang kita melihat, bagaimana kaidah emas berasal dari asumsi kesamaan manusia - asumsi yang konsisten dengan teori realitas tunggal. Strategi komunikasi yang melaksanaka kaidah emas adalah simpati yang antara lain berupa penggeneralisasian pikiran dan perasaan dari kerangka rujukan kita sendiri. Walaupun simpati dapat melahirkan pengertian tentang orang lain dalam situasi yang betul-betul sama, simpati banyak mengandung kerugian dalam situasi ketika ditemukan perbedaan manusiawi.

Strategi komunikasi yang paling tepat dengan realitas majemuk dan asumsi perbedaan adalah empati. Seperti simpati, istilah inipun digunakan dalam arti bermacam-macam. Dalam penggunaan sehari-hari, empati sering didefinisikan sebagai berada pada posisi orang lain. Kadang kita tidak bisa memahami bagaiman orang lain diperlakukan, atau orang lain tidak begitu respek dengan simpati yang kita berikan. Tetapi lebih membutuhkan empati dari kita. Butuh diperlakukan seperti bagaiaman mereka ingin diperlakukan.

Solusi
Solusi yang dapat saya berikan untuk mengatasi perbedaan yang dapat menimbulkan prasangka adalah:
1. Mengasumsikan perbedaan, mengenali diri, menunda diri, melakukan imajinasi terbimbing, membiarkan pengalaman empati, meneguhkan kembali diri.
2. Memperlakukan orang lain dengan baik
3. Menghilangkan perbedaan dari pikiran kita, sehingga tidak menimbulkan prasangka.
4. Memahami posisi orang lain, dan
5. Memperlakukan orang lain seperti bagaimana mereka ingin diperlakukan

Kesimpulan

Perbedaan mungkin kita anggap biasa dan wajar-wajar saja, tapi tanpa kita sadari, perbedaan membuat kita egois dan bahkan secara perlahan tapi pasti membawa kita kepada kehancuran. Kita akan mulai kehilangan EMPATI pada orang lain jika kita perbedaan itu terus kita pertahankan dan kita biarkan menguasai kita.

Saat orang mulai memperbesar perbedaan, itulah prasangka. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita harus meminimalisir perbedaan yang ada, mulai dari diri kita masing-masing, sehingga prasangka itu tidak ada dan kita bisa memperlakukan orang lain dengan baik tanpa melihat perbedaan apapun termasuk perbedaan budaya.

Strategi komunikasi yang paling tepat dengan realitas majemuk dan asumsi perbedaan adalah empati. Kadang kita tidak bisa memahami bagaiamana orang lain diperlakukan, atau orang lain tidak begitu respek dengan simpati yang kita berikan, tetapi mereka lebih membutuhkan empati dari kita, butuh diperlakukan sebagaimana mereka ingin diperlakukan.

Referensi:
1. Mulyana Deddy, Dr. M.A., Jalaluddin Rahmat, Drs. M.Sc. 2006. Komunikasi Antar Budaya. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
2. Film "How Biased are You"
Diposkan Lea Belandina dalam http://belandina.blogspot.com/

Tugas anda:
Baca baik-baik tulisan di atas, akan didiskusikan dalam kelas pada kuliah Selasa 1 Mei 2012

Kamis, 19 April 2012

Soal take Home exam-UTS- Komunikasi Budaya kelas Hotel Pd Cabe

Soal UTS


  1. Apa yang dimaksud dengan menjadi manusia antar budaya? Mengapa hal itu penting untuk dipelajari oleh mahasiswa dari jurusan PARIWISATA?

  1. Jelaskan tentang apa yang dimaksud dengan komunikasi menurut model Laswell dan bedakan dengan model dari Schramm
  2. Jelaskan apa yang dimaksud oleh James Fox yang menyatakan bahwa Pohon Lontar adalah pohon kebudayaan untuk masyarakat Pulau Rote dan sekitarnya, berikan argumentasi Saudara.
  3. Apa yang dimaksud dengan persepsi? Apa kaitannya dengan budaya?
  4. Apa yang dimaksud dengan budaya menurut Hebling & Gliick, jelaskan pula beda antara Norma, Nilai, Kepercayan, dan Bahasa
  5. Berikan contoh perbedaan budaya yang individualistik dan kolektivistik terkait dengan pemahaman :
    1. Prosemik  (pemahaman tentang ruang)
    2. Kronemik (pemahaman tentang waktu)
 Jawaban dibuat dalam file MS word, kertas A4, spasi 1,5, dikumpulkan pada Rabu, 25 April 2012

Selamat mengerjakan

komunikasi budaya kuliah 5-6, jurusan Hotel, Pd Cabe-

Dimensi Keanekaragaman Budaya:
Pendekatan Etic

Aspek etic dari budaya sering diuji dari segi dimensi keanekaragaman budaya. Maksudnya, dimensi yang berdasarkan budaya-budaya itu menjadi berbeda atau sama yang dapat digunakan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan atau kesamaan-kesamaan dalam tingkahlaku komunikasi lintas budaya. Dimensi utama dari keanekaragaman budaya yang diisolasikan oleh para teoritisi lintas budaya adalah individualisme-kolektivisme (seperti hubungan budaya Cina, 1987; Hofstede, 1980; Ito, 1989; Kluckhohn & Strodtbeck, 1961; Triandis, 1995). Dalam budaya individualistik kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan individu lebih diutamakan daripada kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, dan tujuan-tujuan kelompok. Dalam budaya kolektivistik kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan dalam kelompok lebih diutamakan dari pada kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, dan tujuan-tujuan individu (Triandis, 1995).

Para teoretisi lain memisahkan dimensi-dimensi yang berbeda dari keaneragaman budaya. Hofstede (1980), misalnya, memisahkan individualisme-kolektivisme dengan tiga dimensi tambahan, yaitu: penghindaran ketidakpastian, jarak kekuasaan, maskulinitas-feminitas. Penghindaran ketidakpastian meliputi tingkat sejauh mana anggota-anggota dari sebuah kebudayaan berusaha menghindari ketidakpastian.

Dalam budaya dengan tingkat penghindaran ketidakpastian yang tinggi, ketidakpastian dipandang sebagai sesuatu yang berbahaya dan anggota-anggota berusaha menghindari ketidakpastian itu. Dalam budaya dengan tingkat penghindaran ketidakpastian yang rendah, ketidakpastian dipandang sebagai bagian yang penting dari kehidupan dimana dengan ketidakpastian itu anggota-anggota dari kebudayaan tersebut sepakat.

Jarak kekuasaan menunjuk pada tingkat dimana ketidaksetaraan kekuasaan dianggap sebagai hal yang wajar dan melekat dalam individu-individu dalam budaya tersebut. Dalam budaya jarak kekuatan yang tinggi ketiadaan nilai kekuatan dipandang sebagai alami dan mencakup dalam individu-individu yang terlibat. Dalam budaya jarak kekuatan yang rendah masyarakat diasumsikan seimbang atau sejajar dan ketiadaan di antara individu-individu yang dianggap sebagai fungsi dari peran yang masuk dalam situasi khusus.

Maskulinitas dan feminitas dianggap sebagai peran jenis kelamin di dalam sebuah budaya. Dalam budaya maskulin ada peran seks yang rentan untuk pria dan wanita. Di dalam budaya feminim peran seks adalah tidak kaku dan ada ketidakjelasan ekspektasi pria dan wanita.

Penggunaan dimensi dari variability budaya sebagai konsep etic membolehkan kesamaan perbedaan dan perbedaan dalam perilaku yang diprediksikan dalam lintas budaya. Untuk menggambarkannya, Triandis (1995) berargumen bahwa fokus yang relatif terhadap budaya kolektivistik dan individualistik mengarah pada perbedaan orientasi menuju anggota kelompok dan di luar kelompok. Triandis menyatakan bahwa ada suatu perbedaan yang signifikan pada cara berkelakuan tiap individu terhadap anggota-anggota dalam kelompoknya dan anggota-anggota kelompok luar pada budaya kolektivistik. Akan tetapi perbedaan tersebut tidaklah signifikan dalam budaya individualistic. Prediksi jumlah dapat didasari pada masing-masing dimensi variabilitas budaya (lihat Gudykunts & Matsumoto).

Meskipun, dimensi-dimensi variabilitas budaya membuat prediksi-prediksi persamaan dan perbedaan budaya, masing-masing dimensi dimanifestasi dalam suatu cara unik ke dalam masing-masing budaya. Gudykunts dan Nishida (1994), sebagai contoh menjelaskan bahwa untuk memahami kolektivisme di Jepang. Sebagai ilustrasi, Hamaguchi (1980) berisi tentang budaya Jepang “Kontekstualistik”. Diskusi Hamaguchi tentang konteks yang sama dengan deskripsi tentang kolektivisme, tetapi ini juga berisi emic budaya Jepang yang tidak termasuk ke dalam diskusi umum dari kolektivisme. Hal ini diharapkan, sebab cara kolektivisme adalah manifestasi sebuah budaya unik pada budaya tersebut.

Tugas anda: 
dalam pendekatan antroplogis, ada beberapa hal terkait denga komunikasi antar budaya, 
carilah apa yang dimaksud dengan:
1. Kronemiks
2. Proxemiks
dikaitkan dengan  perbedaan persepsi antara  budaya individualistik dengan budaya kolektivistik, berikan pula contohnya
3. Jelaskan perbedaan mendasar antara teori Laswell dengan Teori Osgood & Schramm


Beri comment pada tulisan ini sebagai tanda kehadiran anda dalam materi ini, kemudian 
kirimkan jawaban anda dari tugas di atas ke susiana64@gmail.com paling lambat Minggu, 21 April 2012 pk 23.59

Senin, 16 April 2012

KOmunikasi Budaya Kuliah 9 - bahasa non verbal - PBU 7 pd cabe

Komunikasi Non Verbal

Pengertian
Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam presentasi, dimana penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau body language. Selain itu juga, penggunaan bahasa non verbal dapat melalui  kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian,  potongan rambut, dan penggunaan simbol-simbol.
Menurut Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc., Ed. menyatakan bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata”.
Sedangkan menurut Atep Adya Barata mengemukakan bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui pakaian dan setiap kategori benda lainnya (the object language), komunikasi dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language), dan komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh (action language).
Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan bahasa non verbal sering digunakan oleh seseorang, seperti:
  • Menganggukan kepala yang berarti setuju,
  • Menggelengkan kepala yang berarti tidak setuju,
  • Melambaikan tangan kepada orang lain, yang berarti seseorang tersebut sedang memanggilnya untuk datang kemari,
  • Menunjukkan jari kepada orang lain diikuti dengan warna muka merah, berarti ia sedang marah,
  • Gambar pria dan wanita di sebuah toilet, berarti seseorang boleh masuk sesuai dengan jenisnya.
Bentuk Komunikasi Non Verbal
Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu:
a. Komunikasi visual
Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-simbol.
Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi kepada para pendengar.
b. Komunikasi sentuhan
Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non verbal sering disebut Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya.
c. Komunikasi gerakan tubuh
Kinesik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non verbal, seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui informasi yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata. Seperti menganggukan kepala berarti setuju.
d. Komunikasi lingkungan
Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat jauh”, ”ruangan ini kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang tersebut menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut.
e. Komunikasi penciuman
Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari, seseorang tidak akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali.
f. Komunikasi penampilan
Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih, kotor dan lain-lain).
g. Komunikasi citrasa
Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain-lain, apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa citrasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud atau makna.

Tugas Anda:

1. Carilah contoh dari komunikasi non verbal sebagaimana yang dimaksud di atas

2. buat jawaban dalam bentuk file doc, dikirim ke susiana64@gmail.com

3. Paling lambat Rabu, 26 April 2012 pk 23.59

kuliah 4 manajemen strategik - kelas Reguler Pd Cabe

Berbagai buku mendefinisikan manajemen strategi dengan kata-kata yang berbeda. Diantaranya, menurut Haidari Nawawi (2003), manajemen strategi merupakan perencanaan strategi yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran organisasi.
Begitu banyak pengertian manajemen strategi, namun pada dasarnya manajemen strategi merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Komponen pertama adalah perencanaan strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama organisasi. Sedangkan komponen kedua adalah perencanaan operasional dengan unsur-unsurnya, sasaran dan tujuan operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situsional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.
Sesuai definisi yang ada, menjalankan manajemen strategi berarti pebisnis juga harus membuat perencanaan dalam bentuk formulasi bisnis secara matang. Nah, Resnik dalam Certo dan Peter (1991) seperti dikutip I Putu Sugi Darmawan (2004), terdapat 10 formulasi strategi yang disarankan dirancang untuk mempertinggi kesempatan hidup dan sukses sebuah usaha kecil.
Adapun kesepuluh formulasi strategi tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Menjadi objektif. Angan-angan sendiri tidak memiliki tempat di dalam bangunan sebuah bisnis. Kejujuran, penilaian yang tenang dari kekuatan dan kelemahan perusahaan dan keahlian bisnis serta manajemennya adalah hal yang mendasar.
2. Membuat sederhana dan terfokus. Dalam usaha kecil, kesederhanaan adalah efektif. Usaha dan sumber daya, seharusnya dikonsentrasikan dimana dampak dan keuntungan adalah hal yang paling utama.
3. Fokus pada pasar yang menguntungkan. Kelangsungan hidup dan keberhasilan usaha kecil oleh persediaan barang dan jasa khusus yang menemukan keinginan dan kebutuhan dari pemilihan kelompok pelanggan.
4. Mengembangkan rencana pemasaran. Usaha kecil harus memutuskan bagaimana untuk meraih dan menjual kepada pelanggan.
5. Memanajemen tenaga kerja secara efektif. Kesuksesan usaha kecil tergantung pada bangunan, pengaturan dan motivasi sebuah tim pemenang.
6. Membuat catatan keuangan yang jelas. Usaha kecil perlu untuk memiliki catatan asset, liabilitas, penjualan, biaya dan informasi akunting lainnya dalam urutan untuk kelangsungan hidup dan keberhasilan.
7. Tidak pernah menghambur-hamburkan kas. Kas adalah raja di dalam dunia usaha kecil.
8. Menghindari perangkap yang berulang-ulang dari pertumbuhan yang cepat. Usaha kecil harus hati-hati melakukan ekspansi.
9. Mengerti seluruh fase bisnis. Pengendalian usaha kecil dan kemajuan keuntungan usaha kecil , tergantung pada pengertian yang lengkap dari seluruh fungsi bisnis.
10. Merencanakan ke depan. Usaha kecil harus memformulasikan secara kritis dan menantang, pencapaian yang masih, tujuan dan mengubahnya menjadi aktifitas yang produktif.
Oleh: Sri Haryanti
Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi Pemasaran. Analisis SWOT adalah indentifikasi secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan, termasuk strategi pemasaran. Analisis ini didasarkan logika yang dapat memaksimalkan STRENGTHS (Kekuatan), OPPORTUNITIES (Peluang), WEAKNESSES (Kelemahan), dan TREATS (Ancaman). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian STRATEGIC PLANNER ( Perencana Strategis ) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (Kekuatan, Peluang, Kelemahan, dan Ancaman) dalam kondisi aktual saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang populer untuk analisis situasi adalah ANALISIS SWOT, sehingga Perencana strategis dapat dengan mudah merencanakan STRATEGI PEMASARAN.


Penelitian menunjukan bahwa kinerja penjualan perusahaan hasil dari strategi pemasaran perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor interbal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor internal dan ekternal.

DIAGRAM ANALISIS SWOT









KUADRAN 1 :
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.Strategi pemasaran yang diterapkan dalam kondisi ini adalah strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif ( GROWTH ORIENTED STRATEGY )


KUADRAN 2 :
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi pemasaran yang diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara STRATEGI DIVERSIASI (Produk/Pasar)


KUADRAN 3 :
Perusahaab menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dipihak lain menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

KUADRAN 4 :
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Harus segera mencari STRATEGI BERTAHAN (Defensif).


 
Boston Consulting Group Matrix)
1. Apa yang dimaksud dengan BCG Matrix?
2. Bagaimana penjelasan dalam menggunakan BCG Matrix ini
Jawaban di ketik dalam format document, ukuran kertas A4, spasi 1,5. dan dikirim ke susiana64@gmail.com , subyek: man Strategik Kelas Pd Cabe.
Dikirim paling lambat Senin, 23 April 2012 pukul 23.59 

Senin, 09 April 2012

Kuliah 4 Kewirausahaan - Kelas Roxy

1. Menjadi wirausahawan mandiri
Untuk menjadi seorang wirausahawan mandiri, berbagai jenis modal mesti dimiliki. Ada 3 jenis modal utama yang menjadi syarat :
• Sumber daya internal, yang merupakan bagian dari pribadi calonwirausahawan misalnya kepintaran, ketrampilan, kemampuan menganalisadan menghitung risiko, keberanian atau visi jauh ke depan.
• Sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayaimodal usaha dan modal kerja, social network dan jalur demand/supply,dan lain sebagainya.
• Faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan. Seorang calonusahawan harus menghitung dengan seksama apakah ke-3 sumber daya ini iamiliki sebagai modal. Jika faktor-faktor itu dimilikinya, maka ia akanmerasa optimis dan keputusan untuk membuat mimpi itu menjaditunas-tunas kenyataan sebagai wirausahawan mandiri boleh mulaidipertimbangkan.

2. Mencari mitra dengan “mimpi” serupa
Jika 1 atau 2 jenis sumber daya tidak dimiliki, seorang calonwirausahawan bisa mencari partner/rekanan untuk membuat mimpi-mimpi itujadi kenyataan. Rekanan yang ideal adalah rekanan yang memiliki sumberdaya yang tidak dimilikinya sendiri sehingga ada keseimbangan“modal/sumber daya” di antara mereka. Umumnya kerabat dan temandekatlah yang dijadikan prospective partner yang utama sebelum mempertimbangkan pihak lainnya, seperti beberapa jenis institusi finansial diantaranya bank.

Pilihan jenis mitra memiliki resiko tersendiri. Resiko terbesaryang harus dihadapi ketika berpartner dengan teman dekat adalahdipertaruhkannya persahabatan demi bisnis. Tidak sedikit keputusanbisnis mesti dibuat dengan profesionalisme tinggi dan menyebabkanpersahabatan menjadi retak atau bahkan rusak. Jenis mitra bisnislainnya adalah anggota keluarga, risiko yang dihadapi tidak banyakberbeda dengan teman dekat. Namun, bukan berarti bermitra dengan merekatidak dapat dilakukan. Satu hal yang penting adalah memperhitungkan danmembicarakan semua risiko secara terbuka sebelum kerjasama bisnisdimulai sehingga jika konflik tidak dapat dihindarkan, maka sudahterbayang bagaimana cara menyelesaikannya sejak dini sebelum merusakbisnis itu sendiri.

Mitra bisnis lain yang lebih netral adalah bank atau institusikeuangan lainnya terutama jika modal menjadi masalah utama. Pinjamanpada bank dinilai lebih aman karena bank bisa membantu kita melihatsecara makro apakah bisnis kita itu akan mengalami hambatan. Bank yangbaik wajib melakukan inspeksi dan memeriksa studi kelayakan(feasibility study) yang kita ajukan. Penolakan dari bank dengan alasan“tidak feasible” bisa merupakan feedback yang baik, apalagi jika kitabisa mendiskusikan dengan bagian kredit bank mengenai elemen apa sajayang dinilai “tidak feasible”. Bank juga bisa membantu kita untuk memantau kegiatan usaha setiap tahun dan jika memang ada kesulitan didalam perusahaan, bank akan mempertimbangkan untuk tidak meneruskanpinjamannya. Ini merupakan “warning” dan kontrol yang bisa menyadarkan kita untuk segera berbenah. Wirausahawan yang “memaksakan” bank untuk memberi pinjaman tanpa studi kelayakan yang obyektif dan benar akhirnyasering mengalami masalah yang lebih parah. Agunan (jaminan) disita,perusahaan tidak jalan, dan hilanglah harapan untuk membuat mimpi indahmenjadi kenyataan. Kejadian seperti ini sudah sangat sering terjadi,dalam skala kecil maupun skala nasional. Pinjaman seringkali melanggarperhitungan normal yang semestinya diterapkan oleh bank sehingga ketikasituasi ekonomi tidak mendukung, sendi perekonomian mikro dan makro punturut terbawa jatuh.

3. Menjual mimpi itu kepada wirausahawan lain (pemilik modal)
Jika teman atau kerabat yang bisa diajak bekerjasama tidak tersedia(entah karena kita lebih menghargai hubungan kekerabatan ataupersahabatan atau karena memang mereka tidak dalam posisi untukmembantu) dan tidak ada agunan yang bisa dijadikan jaminan untukmemulai usaha anda, ada cara lain yang lebih drastis, yaitu menjual ideatau mimpi indah itu kepada pemilik modal. Kesepakatan mengenaibagaimana bentuk kerjasama bisa dilakukan antara si pemilik modal danpenjual ide. Bisa saja pemilik modal yang memodali dan penjual ide yangmenjalankan usaha itu, bisa juga penjual ide hanya menjual idenya dantidak lagi terlibat dalam usaha itu. Jalan ini biasanya diambil sesudahcara lainnya tidak lagi memungkinkan sedangkan ide yang kita milikimemang sangat layak diperhitungkan.
Ketiga cara di atas selayaknya dipikirkan sebelum seseorangmengambil keputusan untuk menjadi wirausahawan. Tanpa pemikiran mendalam, pengalaman pahit akan menjadi makanan kita. Banyak usaha yang akhirnya gulung tikar sebelum berkembang. Contohnya, pada tahun 1998,penduduk Jakarta tentu masih ingat akan trend “kafe tenda” sebagaireaksi atas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang saat itu banyak terjadi.

Tiba-tiba saja banyak mantan karyawan perusahaan beralih profesi menjadi wirausahawan. Bahkan usaha tersebut ramai-ramai diikuti olehpula oleh para selebritis. Trend ini tidak mampu bertahan lama. Banyak“usaha dadakan” ini terpaksa gulung tikar. Entah kemana parawirausahawan baru kita ini akhirnya menggantungkan nasibnya sekarang.

artikel ini kami ambil dari lingk di bawah ini
http://www.sentralweb.com/sentralweb/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=14

Tugas anda:
1. Jika anda diberikan kesempatan berwirausaha, tentukan jenis usaha yang akan anda jalankan, uraikan dan tetapkan langkah langkahnya

2. Sederhanakan pikiran anda mengenai bisnis dan langkah-langkah hanya dengan 5 baris kalimat

Kirim jawaban anda ke susiana64@gmail.com, paling lambat senin, 16 April 2012 pk 23.59

kuliah 4 Pengantar Ilmu Ekonomi - Kelas Roxy


Pengertian JasaPengertian jasa menurut Kotler (1997: 467):
³A service is any act or performance that one party can offer to another  that is essentially intangible and doesn¶t result in the ownership of anything. Its  production may or may not be tied to a physical product´.
 Yang artinya bahwa jasa merupakan suatu aktifitas atau tindakan yang ditawarkan oleh suatu produk kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengabaikan kepemilikan.

Menurut Edward W. Wheatliey yang dikutip oleh Buchari Alma(2000:205) mengemukakan beberapa perbedaan antara jasa dan barang, yaitu:1. Pembelian jasa sangat dipengaruhi oleh motif yang didorong oleh emosi.2. Jasa itu bersifat tidak berwujud, berbeda dengan barang yang bersifat berwujud, dapat dilihat, dicium, memiliki berat, ukuran dan sebagainya.3. Barang bersifat tahan lama, tetapi jasa tidak, jasa dapat dibeli dan dikonsumsi.4. Barang dapat disimpan sedang jasa tidak.5. Usaha jasa sangat mementingkan unsur manusia.6. Distribusinya bersifat langsung dari produsen ke konsumen.Menurut Kotler (Services Marketing; People, Technologi, Strategy, 2000, p.10-11)., salah satu cara membedakan barang dan jasa adalah dengan menempatkanmereka dalam skala tangible-dominant  keintangible-dominant 

Lima kategoriskala tersebut adalah:
1. Pure tangible good  adalah barang yang murni bersifat tangible (sabun, garam)
2.Tangible good with accompanying servicesadalah barang yang bersifat tangible disertai dengan jasa (mobil, komputer)
3.Hybrid adalah perpaduan yang sama antara barang dan jasa (restoran)
4.Major Service with accompanying minor goods and services adalah usaha yang menitik beratkan pada jasa dan disertai dengan sedikit unsur  tangible (air travel).
5. Pure service adalah jasa yang murni bersifat intangible (psychotherapy, jasa babysitter).

Berikut adalah beberapa cara bagaimana jasa digunakan :1.Jasa digunakan untuk melengkapi barang berwujud. Contohnya, penjualan mobil dipengaruhi oleh jumlah kantor atau bengkel layanan yang disediakan oleh perusahaan.2.Jasa digunkan dengan proporsi atau perbandingan yang sama dengan barang berwujud. Misalnyakonsumen mengunjungi restoran untuk mendapatkan pelayanan dan makanan.3.Jasa sebagai produk utama perusahaan yang disertai dengan barang berwujuddan jasa tambahan.Sebagai permisalan, orang yang naik pesawat membeli jasa transportasi dengan memperhatikanpelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan penerbangan tersebut.
Bisnis jasa adalah bisnis yang menghasilkan barang intangible, dan mendapatkan keuntungan dengan cara meminta bayaran atas jasa yang mereka berikan. Contoh bisnis jasa adalah konsultan dan  psikolog.


Tugas Anda:
1. Jelaskan perbedaan antara barang dan jasa
2. Bagaimana dengan Pariwisata sendiri? dimasukkana dalam  produk barang atau jasa? jelaskan jawaban saudara

Jawaban dikirim via email susiana64@gmail.com, paling lambat Rabu, 11 April pk 13.00